Minggu, 30 November 2008

Sora, Donal, dan Goofie Masuk Majalah Princess Edisi Khusus

ini fanfic paling ga jelas dibanding lainnya
masih berhubungan dengan KH juga
selamat menikmati :D

“Maen poker yok!” ajak Luxord pada anggota Organization XIII.

“Ayok!” semuanya menyetujui.

Sora, Donal, dan Goofie yang nggak sengaja lewat Castle Oblivion melongok mereka yang sedang bermain kartu. Yang pertama kali melihat adalah Marluxia.

“Eh, ada yang nguntit tuh! Ada yang mau ngutuk nggak?” tanya Marluxia.

“Gue kutuk mereka jadi dadu.” kata Luxord yang langsung ditepis sama Zexion.

“Jangan jadi dadu. Ntar malah lo pake buat maen judi. Mendingan gue masukin ke majalah ini.” kata Zexion dengan senyum ceria tapi licik banget.

“Zexion, lo aneh-aneh aja deh! Jadi intinya gimana?” tanya Roxas.

“Menurut gue,” kata Xemnas, “Kalo menurut gue, mendingan mereka dimasukin majalah dulu. Nanti kalo yang menang Roxas atau Zexion, mereka bisa bebas. Kalo yang menang Demix, bebas tapi nonton konser Demix memainkan Sitarnya. Kalo diantara tiga kalian nggak ada yang menang mereka nggak akan kita bebasin.”

“Superior memang hebat! Tapi tumben banget superior adil? Biasanya kan yang paling sadis.” kata Xigbar.

Akhirnya mereka bermain kartu dengan suka cita. Sementara Sora yang sedang berada di majalah Princess edisi khusus yang dimana semua princess disney pasti ada cergamnya, berpetualang bersama Donald an Goofie dari satu cerita ke cerita yang lain. Ceritanya sangat berbeda. Semuanya menjadi terbalik.
Cergam pertama adalah Snow White. Snow White harus mengalahkan si nenek sihir yang bikin apel beraroma coklat. Dibantu oleh Sora, Donal, dan Goofie.

“Apa yang harus kita lakukan? Bertiga saja kita tidak cukup!” kata Donal.

“Wahai para kurcaci, bantulah kami bertiga mengalahkan nenek sihir katro itu!” kata Sora.

Seluruh kurcaci membantunya tapi tidak berguna juga. Akhirnya Doc, meminta Snow White untuk bernyanyi. Menurut ceritanya sih suaranya bagus dan para kurcaci mengatakannya begitu. Tapi untuk Sora, suaranya kayak gallon digebukin dan sempat bikin Sora, Donal, dan Goofie pingsan dalam waktu yang sama.

“Hei, mengapa mereka pingsan? Padahal nenek sihir katro aja sudah kalah.” tanya Happy.

“Pasti karena nyanyian Snow White yang seperti gallon digebukin!” jawab Grumpy.

“Jangan begitu! Pasti mereka dikutuk oleh nenek sihir katro itu. Hasyim!” kata Sneezy sambil bersin.

Sora, Donal, dan Goofie terbangun dari tidurnya.

“A-hyuk! Apakah nenek sihir katro itu sudah kalah?” tanya Goofie.

“Ya! Dia sudah kalah karena nyanyian Snow White yang merdu itu.” Kata Doc.

“Merdu? Merdu dari mana? Adanya juga kayak gallon digebukin.”
Cergam Snow White tamat. Berlanjut ke Cergam Cinderella. Untuk melawan ibu tiri dan 2 kakak tirinya, Cinderella harus rela memecahkan kedua sepatu kacanya dengan cara melempar ke kepala ibu tirri dan 2 kakak tirinya.

“Ibu tiri nyawanya tinggal sedikit lagi dan tidak bisa melawannya dengan memukul seperti ini saja. Apa yang harus kulakukan?” gumam Sora.

Sora mendapatkan suatu ide. Donal dan Goofie juga mendapatkan ide yang sama.

“Cinderella, tolong lemparkan sepatu kacamu ke kepala ibu tirimu!” pinta Sora.

“Iya! Tolong lemparkan sepatu kacamu ke 2 kakak tirimu juga. Hanya itu yang bisa membantu!” pinta Donal juga.

“Tapi aku sayang dengan sepatu kacaku! Aku tidak tega membuangnya!” kata Cinderella.

“This is urgent! Kamu tidak ingin ending happily ever after?” kata Sora.

“Ingin sih! Tapi apa boleh buat. Semoga sepatu kaca ini berguna!” kata Cinderella.

Pertama-tama, Cinderella melemparkan sepatu kacanya ke kepala ibu tirinya. Lalu ibu tiri kalah. Setelah itu ia melemparkan sepatu kacanya ke kepala 2 kakak tirinya. Mereka jadi kalah juga. Akhirnya Cinderella menempuh ending happily ever after tanpa sepatu kacanya.

Cergam Cinderella tamat. Berlanjut ke Atlantica karena Ariel ingin mencari king Triton yang hilang entah ke mana. Kalo katanya ikan-ikan sekitar situ sih, king Triton menuju daratan terus klepek-klepek ga bisa napas. Namanya juga ikan, kalo di daratan udah klepek-klepek. Tapi Ariel yang sering banget ke daratan nggak liat bapaknya. Nah lo! Gimana tuh? Akhirnya, mereka mencoba ke daratan lagi. Ternyata nggak ada. Yah, kalo gitu bapaknya Ariel ada di mana dong? Nggak taunya king Triton lagi diculik Ursula bareng sama Sebastian. Tidaaak!!! Ariel menangis dengan kencang dan tidak mau berhenti. Sora, Donald, dan Goofie menenangkan Ariel tapi tetap saja menangis. Lebih parahnya lagi Ariel nangisnya malah tambah kenceng. Tidaaak!!! Apa yang harus Sora, Donald, dan Goofie lakukan? Kita lihat dialog berikut ini.

“Eh, liat bokap gue nggak?” tanya Ariel pada salah satu ikan kecil.

“Tadi sih aku liat ada di daratan, tuan putri. Lagi nggak bisa napas.”

“TIDAAAK!!! AYAH!!! JANGAN MATI!!!” Ariel menangis.

“Sudahlah Ariel! Mari kita cari bokap lo!” kata Sora.

“Ayo.”

“ARIEL!!!” Flounder berteriak memanggil Ariel.

“Ada apa, Flounder?”

“Papamu diculik Ursula.”

“TIIIIIIIIIIIDDDDDDDDAAAAAAAAKKKKKKKKKK!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! APA YANG HARUS AKU LAKUKAN SEKARANG!!!!!!!!!!! URSULA ITU KAN JAHAT!!!!!!!!! PASTI DIA NGAMBIL TRISULA PAPAKU!!!!!!!!” kata Ariel menangis lebih kencang lagi.

“Kenapa gue harus masuk ke cerita anak-anak? Capek tau!!! Inti ceritanya nggak ada sama sekali!!!” batin Sora.

Sora, Donald, Goofie, Ariel, dan Flounder mengunjungi markas Ursula dan melawan sampai Ursula kalah. Akhirnya king Triton dan Sebastian bebas dan Trisula pun kembali ke pangkuan king Triton.

Cergam Ariel tamat. Berlanjut ke Aurora yang akan melawan Maleficent. Dibantu oleh 3 peri pembokat yang amat membantu Sora dkk. Karena Aurora sangat tidak membantu, dia disuruh tidur.

“Ah, Aurora nggak ngebantu sama sekali nih! Kamu tidur aja sono gih!” kata Sora sambil marah-marah.

“Asyik! Akhirnya aku bisa tidur juga!”

Aurora keasyikan tidur dan akhirnya Maleficent kalah. Hore!!! Ternyata ngoroknya Aurora sangat membantu untuk mengalahkan Maleficent.

Cergam Aurora tamat. Berlanjut ke Belle yang lagi berantem sama Beast Cuma gara-gara Beast nyebelin. Mereka bersama-sama melawan Beast. Akhirnya Beast pun kalah hanya dengan sekali sabet dari Sora.

“Aku benci Beast! Kalian harus membantuku untuk melawannya!”

“???” Sora kebingungan karena Beast adalah teman saat akan menyelamatkan Belle.

“Ayo Bantu!” kata Belle

“I… iya.” jawab mereka bertiga

“Cerita anak-anak memang membingungkan!!! GOD, please safe me!!!” batin Sora sambil berdoa.

“Eh, Sora ngapain ke sini?” tanya Beast.

“Disuruh Belle ngelawan kamu. Emang kalo cerita anak-anak harus selalu begini ya?”

“Ya iyalah! Ngomong-ngomong, mari kita bertarung!”

Mereka bertarung dan Sora menang. Beast menjadi baik hati kembali.

Cergam Beauty and the Beast tamat. Yang terakhir adalah Aladin. Hwah!! Sora capek banget di sini. Di Castle Oblivion malah maen-maen semua. Rasanya pengen cepet-cepet bebas. Weits! Entar dulu! Kan belom ada yang menang.

“Gue udah males nih! Kapan selesainya?” keluh Sora.

“Kalo cerita gue udah selesai. Soalnya ini halaman paling belakang.” kata Aladin.

Sora berjuang keras agar bisa keluar dari majalah bajingan ini. Yasmin mencari macannya yang hilang. Ternyata diculik sama Jafar terus pengen disembelih.

“Hiks! Hiks! Hiks! Dimana macanku?” tanya Yasmin

“Ada di Jafar. Mau disembelih.” jawab Aladin enteng

“Tidak! Ayo kita ke sana.”

Sora dkk makin stress kalo harus menjalani kehidupan majalah anak cewek. Semua tahap dilalui. Akhirnya bertemu dengan Jafar dan mengalahkannya. Selesai mengalahkan Jafar, selesai juga permainan poker yang dimenangkan oleh Demix. Sora dkk bisa bebas tapi harus nonton bareng sama Organization XIII konsernya Demix. Meski tadinya ia mengatakan sudah capek. Ia menjadi senang kembali setelah Demix selesai memainkan Sitarnya.

Meet the Twin

fanfic ini adalah fanfic pertama yang gw buat tentang KH
douzo~

Di sebuah SMP yang terletak di Jakarta, ada 3 orang murid yang bernama Sora, Riku, dan Kairi. Meskipun kelas mereka berbeda mereka tetap bersahabat. Sora dan Kairi di kelas 7, Riku di kelas 9. Suatu hari di kelas Riku kedatangan murid baru, Roxas.

“Anak-anak diam dulu,” kata Ansem, wali kelas 9-9, “Hari ini kalian kedatangan murid baru.”

Setelah mendengar penjelasan dari Pak guru Ansem, seluruh murid langsung bertanya-tanya. Ada yang bilang anak baru itu adalah cowok ganteng dan katanya ngalahin gantengnya Riku dan Sora – mereka dinominasikan oleh seluruh murid karena tampang mereka yang katanya cakep bin ganteng, padahal menurut Kairi aneh bin ajaib. Ada yang bilang orangnya biasa aja tapi jago bela diri.

“Roxas, silahkan masuk!” kata Ansem mempersilakan Roxas untuk masuk ke ruang kelas 9-9.

Semua warga kelas tertegun. Ternyata tampangnya lebih oke dari yang mereka bayangkan.

“Ini sih bukan saingan gue. Tapi, saingannya Sora.” gumam Riku.

“Roxas, kamu duduk di sebelah Riku ya.” kata Ansem.

“Baik, Pak!” kata Roxas dengan senyum kecil di bibirnya.

Roxas menuju tempat duduknya yang berada di bagian ketiga dari belakang deket pintu. Di situ dia duduk dengan Riku yang sedang menyender.

“Hai, gue Riku. Salam kenal ya.” kata Riku yang rada SKSD.

Roxas hanya diam dan membalasnya dengan senyum yang sangat kecil.

“Buset! Nih anak dulu tinggalnya di Antartika ya? Dingin banget!” pikir Riku.

* * *

Pulang sekolah mereka pulang bersama. Tidak tahu siapa yang mengajaknya. Tiba-tiba langsung bisa pulang bareng.

“Kok lo mau pulang bareng gue? Emang rumah lo di mana?” tanya Riku.

“Di Bekasi.” jawab Roxas singkat.

“Jauh banget sama rumah gue.”

“Emang rumah lo di mana?”

“Di Kodam.”

“Deket dong?”

“Banget! Lo ke sini naik apa?”

“Mikrolet.”

“Bareng sama siapa?”

“Namine.”

“Namine yang anak kelas 8-3 itu?”

“Iya.”

“Lo ada hubungan ya sama dia?”

“Kok tahu?”

“Tadi pas istirahat gue liat lo sama Namine jalan bareng. Kok pulangnya nggak sama dia?”

“Ada pertemuan di ekskulnya.”

“Oh. Gue duluan ya. Dadah!”

“Hmmm…”

Roxas berjalan sendiri menuju jalan raya dan menyeberang. Dia naik angkot 26 untuk menuju rumahnya.

* * *

“Rik, emang bener ada anak baru di kelas lo yang mirip sama gue?” tanya Sora penasaran.

“Lo nggak percaya?”

“Percaya. Gue penasaran pengen lihat tampangnya.”

“Besok lo datengnya pagi aja.”

“Eh, sekalian dong! Gue ada perlu sama Namine.” seru Kairi ikutan nimbrung.

“Orang itu pacarnya Namine.” kata Riku.

“Oh, lagi ngomongin Roxas ya?”

“Iya.” jawab Sora dan Riku bersamaan.

“Lo tau, Kai?” tanya Sora.

“Tau lah! Baru tadi gue dikenalin sama Namine.”

“Emang mirip sama gue ya?”

“Lumayan.”

“Tuh kan, Sor! Bener apa yang gue bilang! Dia bukan saingan gue, tapi saingan lo!” kata Riku meledek

“Tapi kalo diliat-liat Kairi sama Namine lumayan mirip kok.” kata Sora.

“Masa? Nggak ah! Biasa aja.” kata Kairi.

“Kayaknya gitu deh. Cuma mukanya lebih sendu dan rambutnya pirang. Lo kan mukanya ceria dan rambut lo merah.” kata Riku.

“Emang elo rambutnya putih kayak kakek-kakek.” kata Kairi meledek Riku.

Mereka kembali ke rumah masing-masing karena sudah waktu makan malam.

* * *

Esoknya, Sora dan Kairi datan lebih pagi untuk menemui orang yang ingin ditemui oleh mereka. Ternyata orang yang ingin mereka temui lagi nggak bareng. Mereka Cuma lihat Namine sendirian.

“Namine, Roxas mana?” tanya Kairi.

“Meneketehe. Gue lagi marahan sama dia.”

“Yah, kok gitu?”

“Ada sesuatu lah.”

“Oh. Sora, lo mau kemana?”

“Mau ke WC sebentar.”

Saat perjalanan menuju WC, ia menabrak seseorang di koperasi sekolah. Orang yang ditabrak Sora langsung ngomel-ngomel.

“Kalo jalan pake mata dong! Jangan pake mata kaki! Main asal nabrak aja! Kelas berapa sih lo?” seru Roxas memarahi Sora.

“Ke… kelas… kelas 7, Kak! Ma… maaf, Kak!” jawab Sora agak gagap.

“Masih kelas 7 udah nyolot. Udah sana pergi!”

Sora langsung kabur setelah diomelin sama Roxas.

“Kenapa, Rox?” tanya Riku.

“Ada anak kelas 7 nyolot banget. Pake nabrak gue lagi. Gue omelin aja.”

“Galak amat lo! Emang siapa yang nabrak lo?”

“Tuh, cowok yang rambutnya jegrak.”

“Sora? Sora!” seru Riku memanggil Sora.

“Eh, Riku. Kenapa manggil-manggil.”

“Enak banget lo ngomongnya nggak pake “Kak”.” kata Roxas.

“Rox, ini orang yang mau gue tunjukin ke elo! Orang yang tadi gue bilang mirip sama lo. Sor, ini orang yang kemaren gue maksud.”

“Jadi elo?” tanya mereka bersamaan.

“Maaf ya! Tadi gue kelewat marah. Soalnya dulu gue juga pernah nabrak kakak kelas terus dimarahin. Intinya balas dendam gitu. Hehehe!”

“Maaf juga tadi gue jalan nggak lihat-lihat!”
Namine dan Kairi datang ke koperasi bersamaan.

“Udah ketemu nih intinya?” tanya Kairi dengan senyum yang berarti ngeledek.

“Iya. Apa perlu dijelasin gimana ketemunya?” tanya Sora dengan senyum yang lebar seperti biasanya.

“Nggak usah. Nanti aja di rumah bareng-bareng. Oke?”

“Oke!”

Beginilah terjadinya pertemuan antara somebody (Sora) dengan nobody (Roxas). Tidak disangka-sangka bukan. Selamat menikmati fanfic ini

Guitar Hero ke 2007

ini fanfic jadul banget
bikinnya pas kelas 3 SMP, jamannya gila KH
selamat menikmati :D

Di saat-saat senggang, Roxas dan Axel bermain Guitar Hero yang ke 2007. Isi lagunya adalah OST Kingdom Hearts 1 dan 2. Biasanya kalau Roxas dan Axel tidak main bersama/melawan yang lainnya, mereka main yang gampang-gampang tapi harus expert atau Passion ~A Story Never Ending~ yang Easy. Giliran mereka main bersama, mainnya Passion ~A Story Never Ending~ yang expert.

“Rox, lo nggak pegel apa maen yang expert?” tanya Sora.

“Udah biasa kok!” jawab Roxas santai.

“Najis lu, Rox! Gw hampir kalah nih!” seru Axel.

“Masih yang di Orchestra kok!”

Tapi lama-kelamaan, kejadian berbalik. Nilai Axel lebih tinggi dibanding Roxas. Bedanya jauh malah.

Buset! Ni orang dua nggak pegel ya? 12 menit maenin yang Expert? Batin Sora.

Pertandingan selesai dan Axel yang menang. Roxas nggak mau kalah dari Axel nantangin lagi maen lagu itu juga tetap dengan Expert. Sampai 10 kali mereka masih nggak mau berhenti. Karena pertandingannya seri. Axel menang 5 kalah 5. Begitu juga dengan Roxas. Dengan pencatat nilai Sora.

“Menyerahlah Axel!!!”

“Tidak akan!!!”

Sora yang Cuma ngeliatin sampe geleng-geleng. Sampe kapan mereka mau main. Udah 12 jam mereka main nggak mau berhenti berhenti.

“Kamu sudah kalah!!!”

“Tidak!!! Ayo kita lanjut!!!”

Lama-kelamaan yang ngitungin nilai ngantuk. Tertidurlah Sora sementara Roxas dan Axel masih bermain.

“Sor, udah berapa-berapa?” tanya Axel.

“Yeeee, ni anak malah tidur!!!” kata Roxas.

“Masih mau?”

“Piece of cake!”

Mereka melanjutkan permainan. 24 jam mereka bermain, tapi tidak ada yang menang malahan seri. Mereka bermain sampai ketiduran. Saat Sora terbangun, mereka masih tidur.

“Ni orang dua maen sampe jam berapa ya? Gw bangun aja mereka masih tidur.”

belom punya judul - part 1

Title: -
Rating: PG *anak2 ga boleh baca xD*
genre: romantic *gombal banget dan bisa ditebak jalan ceritanya*
disclaimer: not mine again. except me, oton, and okan

Di suatu malam yang dingin di kawasan Midousuji, seorang pria yang kira-kira berusia 24 tahun bernama Maruyama menyatakan cinta pada seorang gadis SMA kelas 2.

“Honma ni… suki ya!” kata Maruyama dengan raut wajah malu-malu.

Gadis itu hanya terdiam dan tidak berkata satu kata pun.

“Dhanee-chan, daijoubu?”

“Ung,” kata Dhanee sambil mengangguk, “daijoubu desu. Demo, aku masih belum bisa menjawab sekarang. Gomen!” Dhanee membungkukkan badannya.

“Aku tunggu sampai kamu bisa menjawabnya. Sekarang sudah malam, kamu besok sekolah kan? Aku anterin pulang ya.”

Dhanee diam kembali. Dia takut bila kakaknya memarahinya jika pulang terlambat.

“Eeeee? *gaya sukiyanen, Osaka* kamu masih takut sama Ryo?” tanya Maruyama sambil merangkul Dhanee.

“Eee. Baru kemarin dia marah-marah karena aku pulang terlambat karena harus mengurus acara sekolah. Padahal aku sudah minta izin.” jawab Dhanee dengan mata berkaca-kaca.

Maruyama langsung teringat kejadian setahun yang lalu. Kecelakaan yang terjadi saat hujan lebat saat itu adalah pertemuan pertama antara Maruyama dengan Dhanee. Dia juga mengerti bagaimana Dhanee yang sebenarnya setelah menjalani sekitar 1 tahun pendekatan.

* * *

Maruyama mengingat kejadian tahun lalu pada saat itu juga

(Maruyama’s POV)

Sore itu, hujan deras yang disusul dengan angin kencang mengguyur kota Osaka. Aku sedang terburu-buru untuk mengejar deadline pekerjaanku. Sesegera mungkin aku harus sampai ke rumah Shingo agar pekerjaanku selesai atau dia akan memarahiku. Aku mengendarai mobilku dengan kecepatan tinggi sampai aku tidak sadar jika aku menabrak seorang gadis. Aku tersadar setelah mendengar gadis itu berteriak dan terpental sejauh 1 meter. Dagunya berdarah mengotori baju seragamnya yang basah. Dia langsung menekan mata luka dengan sapu tangan berwarna biru muda yang dia bawa. Aku memberikan jaketku agar dia tidak kedinginan dan langsung mengantarnya ke rumah sakit yang dekat dengan sekolahnya.

“Maaf merepotkan.” kata gadis itu.

“Daijoubu. Harusnya aku yang minta maaf.”

Dia terlihat sibuk mencari telepon genggam yang dia taruh di tasnya. Ternyata yang dia telepon itu kakaknya dan kakaknya itu adalah kouhaiku dari SD sampai SMA. Betapa terkejutnya aku saat dia menghubungi kakaknya. Tanpa basa-basi aku langsung bertanya.

“Anata wa Ryo-chan no imouto?”

“Dari mana kamu tau?”

“Dari percakapan kamu tadi di telepon.”

“Sou ka.”

“Onamaewa?”

“Nishikido Dhanee. Anata?”

“Maruyama Ryuuhei”

“Niichan no senpai, deshou?”

“Tuh kamu inget?”

“Hehehe~”

Senyum polos terlihat dari wajahnya. Aku langsung mengelus rambutnya karena gemas. Manis sekali gadis itu. Aku masih tidak menyangka dia adalah adik dari Ryo yang terlalu galak. Tidak lama kemudian, kami sampai di rumah sakit. Dhanee segera ditangani oleh tenaga professional di situ. Dagunya dijahit sebanyak 2 jahitan. Setelah selesai, aku mengantarnya pulang. Dalam perjalanan, kami hanya diam. Aku harus konsentrasi pada jalan agar kejadian ini tidak terjadi lagi. Kejadian tadi adalah pelajaranku agar lebih konsetrasi pada kondisi jalan raya. Sampai di rumah Dhanee, aku menunggu Ryo agar dapat bertemu denganku.

“Tadaima!” seru Dhanee.

Ryo keluar dari rumah dengan tampang murka dan penuh amarah. Di matanya terlihat api berkoar-koar. Dia berjalan menghampiri kami.

“APA YANG KAMU LAKUKAN SAMPAI PULANG MALAM BEGINI?! KAMU GA TAU AKU UDAH NGASIH BATAS WAKTU KAMU GA BOLEH PULANG LEWAT DARI JAM 6.” seru Ryo yang saat itu tampaknya benar-benar marah.

Wajah Dhanee saat itu tampak pucat sekali. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Yang bisa kulakukan hanyalah menjelaskan kenapa dia pulang terlambat.

“Ano, bisa aku jelaskan sebentar?” tanyaku.

“Jelaskan semuanya kenapa dia bisa pulang terlambat.”

Aku menjelaskan dari awal sampai akhir mengapa Dhanee bisa terlambat pulang. Ryo hanya mengangguk tanda mengerti. Akhirnya, ia menyuruh agar Dhanee segera istirahat dan aku pamit pulang.

“Ne, Maruyama-san,” panggil Dhanee. Aku segera menoleh dan dia langsung berkata, “arigatou!” lengkap dengan senyum manisnya.

Sejak saat itulah aku menyukai seseorang dan berusaha mendapatkannya dengan pendekatan yang cukup lama.

* * *

Maruyama mengantar Dhanee pulang ke rumahnya dan seperti biasa ia yang meminta maaf ke Ryo sebelum Ryo murka. Maruyama langsung pamit pulang dan Dhanee berjalan menuju kamarnya.

“Dhan,” panggil Ryo, “kamu ngapain semaleman sama dia?”

“Jalan-jalan doang kok, kak.”

“Kamu ga nyeleweng kan?”

“Hah? Nyeleweng? Maksud kakak?” tanya dhanee dengan raut muka bingung.

“Nggak papa. Aku cuma seneng kamu bisa nyampe rumah dengan selamat.” kata Ryo sambil memeluk dhanee, “kamu ga jadian sama dia kan?”

“Kenapa kakak tiba2 nanya gitu?” dhanee semakin bingung kakaknya jadi nanya yang aneh-aneh.

“Nggak papa,” kata Ryo sambil memegang bahu Dhanee, “sekarang kamu tidur ya. Jangan sampe penyakitmu ketahuan sama dia sebelum kamu jadi sama dia”

Dhanee hanya tersenyum karena Ryo mulai memperhatikan dia. Dhanee memiliki penyakit lemah jantung yang tidak terlalu sering kambuh. Paling banyak kambuh 2 kali dalam 6 bulan.

* * *

Pagi yang cerah, matahari bersinar dengan terang, burung-burung bernyanyi, celotehan anak SD yang berangkat bersama-sama saat itu meramaikan suasana jalanan komplek perumahan tempat tinggal Nishikido Kyoudai. Dhanee berangkat ke sekolah seperti biasa jalan kaki. Maruyama menghampiri Dhanee dengan sepedanya.

“PAAAAAAAAAAAAAAAN!!!!” seru Maruyama dengan sapaan khasnya.

“Maru-chan, ohayou!”

“Dou?”

“Ung?”

“Yube”

“A~”

Mereka tetap berjalan meski diam-diaman.

“Udah nyampe, dhan!”

“Ung,”

“Ano~” mereka berdua mengatakannya bersama-sama

“Kamu duluan aja” kata Dhanee

“Nggak. Kamu aja duluan.”

“Masalah pertanyaanmu kemaren…”

“ya?” Maruyama tidak sabar dengan jawaban yang akan dikatakan Dhanee.

“Iya” kata Dhanee sambil mencium pipi Maruyama.

Maruyama terdiam sampai Dhanee meninggalkannya karena harus masuk ke gedung sekolah sebelum bel berbunyi.

“YOSSHAAAA!!!!!!!!!!!” seru Maruyama sambil mengendarai sepedanya dengan kecepatan tinggi. Dia melewati Yasu yang habis belanja di supermarket dekat sekolah Dhanee.

“woy! Ngapain lo ngebut naek sepeda doang?”

“gw lagi terlalu bahagia nih hari ini!”

“sugee! Pagi-pagi udah bahagia. Ntar jadi kan ke rumah Ryo?”

“jadi dong! Gw mau kasih tau sesuatu buat dia.”

“boleh tau?”

“ga!”

“curang lu! Mentang-mentang baru dapet cewek baru juga”

“nah, tuh tau!”

“haha, dasar lo! Pasti seneng ya dapet cewek yang kawaii kayak dia. Manis, baik, pengertian, aktif di organisasi, pinter pula. Pilihan lo emang bagus!”

“Iya, dong! Maruyama Ryuhei gitu lho!” kata Maruyama narsis

* * *

(Ryo’s POV)

Siang ini, rumah akan ramai. Teman-temanku akan datang untuk latihan band. Mereka bukan orang yang suka ngaret kalo diajak ketemuan. Tapi tumben Maru kok nggak dateng-dateng ya? Hmmm, aku jadi ingin tahu apa yang terjadi kenapa dia terlambat.

“Yasu, apa lo tahu kenapa Maru-chan terlambat?”

“Nggak. Tapi tadi pagi sih gw ketemu sama dia. Dia bilang dia dateng ke sini. Tapi masalah terlambat gw nggak tahu.”

“Mungkin aja macet di jalanan.” celetuk Tacchon.

“Aho ka omae?” seru Hina sambil menjitak Tacchon, “jelas-jelas tadi jalanan sepi banget. Ga mungkin lah macet.”

“Kan Cuma perasaanku.”

“Dia tiap ke sini lewat sekolahnya Dhanee kan?” tanya Yoko.

Saat Yoko menanyakan itu, perasaanku tidak enak. Aku merasakan bahwa telah terjadi sesuatu yang buruk. Lamunanku buyar karena telepon dari Maruyama.

“Moshi-moshi? Maru-chan? Doko ni iru yo?” tanyaku panik.

“Byoin…”

“Ada apa lo di byoin?”

“Dha…”

“Dhanee kenapa?”

“Ryo, lu tuh sabar dikit napa sih? Gw kan belom selesai ngomong! Gw mo jelasin lo udah motong! Lo harusnya tau kenapa gw di byoin! Tadi Dhan-chan pingsan di sekolah. Penyakitnya kambuh. Kasihan dia tadi hampir nggak tertolong! Ya udah, gw bawa dia ke byoin.”

Aku sadar kalau aku terlalu egois. Aku belum mendengar apa yang terjadi sebenarnya tapi aku sudah memotong. Setelah aku menutup teleponnya, aku merenung. Teman-teman langsung memintaku agar kami ke rumah sakit bersama-sama.

* * *

Sesampainya kami di rumah sakit, kami langsung menuju tempat Dhanee dirawat. Dhanee terkapar lemah dan Maruyama dengan sabar menemaninya.

“Maru, Dhan-chan wa?” tanyaku

“buruk”

Tidak biasanya Maruyama menjawab pertanyaan hanya dengan satu kata. Bila dia menjawab hanya satu kata, itu tandanya dia serius dengan apa yang ia katakan.

“seburuk apa?” tanya Tacchon

“lebih buruk dari yang biasanya. Karena dia juga sempat demam tinggi.”

“wakatteru.”

Aku jadi merasa bersalah dengan kejadian ini. Mulai sekarang, tampaknya aku mulai mempercayai Maruyama untuk menjaga adik kesayanganku ini. Karena dia benar-benar serius untuk menjalin hubungan dengan Dhan-chan.

“Maru,” kataku, “mulai sekarang, jaga adikku baik-baik ya! Setengah tanggung jawabku kuberikan padamu.”

“honma?”

“honma.”

“Hai! Wakarimashita!”

Sejak saat itulah, aku percaya bahwa Maruyama bisa dipercaya dalam hal ini.

* * *

Sudah 3 bulan hubungan Maruyama dengan Dhanee berjalan dengan baik. Meski mereka sering terjadi perbedaan pendapat, tapi itu hanya berjalan sehari pada saat itu saja. Tidak diperpanjang dengan hal-hal sepele lainnya. Dengan perbedaan pendapat itulah mereka malah makin mesra. Ryo pun makin merestui hubungan mereka.

“Dhan-chan, mau ke Disney Land ga? Sekalian ke Disney Sea.” tanya Maruyama.

“Wah, boleh tuh! Aku udah lama nggak ke Disney Land. Terakhir kali pas SD.”

“Kamu bisanya kapan, sayang?”

“Hari Minggu minggu depan ya. Abis aku ujian.”

“Kamu anak kelas sosial kan ya?”

“Ung.. Nande?”

“Biasanya kamu santai dong?”

“Tergantung juga. Tapi, emang kadang aku lebih nyantai daripada pas kelas 1.”

“Pas kamu kelas 1 susah banget nyarinya!!! Makanya PDKT-nya jadi setahun.”

“hehehehe. Yang penting sekarang udah dapet kan?”

“Iya dong, sayang.” kata Maruyama sambil mencium pipi Dhanee, “ngomong-ngomong, kamu lagi ngapain?”

“Lagi nulis blog.”

“Minta alamatnya dong. Aku juga punya lho!”

Mereka bertukar alamat blog. Mereka berjanji akan membacanya bila telah diupdate.

“aku buka ya blogmu.” kata Dhanee

“Douzo!”

Dhanee membuka blog Maruyama dan membaca hampir semua entry yang ditulis Maruyama. Kebanyakan dari isi blog Maruyama adalah life and love yang dia hadapi. Ada juga blog dia yang khusus untuk pekerjaannya.

“Wah, blogmu lucu ya. Ada purikura kita juga.” kata Dhanee sambil tersenyum manis.

“Iya dong. Biar orang-orang tahu aku udah punya kamu.”

Dhanee membuka postingan lama yang dibuat Maruyama.

“Lah, kok ada fotoku jaman kecil? Dapet dari mana kamu?”

“Ada deh. Hi-mi-tsu.” Maruyama meletakkan jari telunjuknya di bibir Dhanee.

Dhanee melihat-lihat sebentar apa yang ditulis oleh Maruyama. Dia menemukan entry pertemuan mereka yang pertama.

Hari ini, aku bertemu seorang gadis yang manis sekali.
Onna no namae wa Nishikido Dhanee
Ryo no imouto desu ne~
Honma ni kawaii onna =)
Aku ketemu dia di saat yang ga disangka-sangka.
Yaitu, saat aku menabrak dia dengan mobilku.
Aku sungguh teledor saat itu.
Sampai tidak melihat arah sekitar dan menabraknya
Tapi ga rugi juga sih gw nabrak dia :D
Lumayan kan ketemu cewek kawaii yang ternyata adeknya sobat gw
Karena tabrakan itu, dagunya luka.
Aku langsung membawanya ke rumah sakit dan kuantar dia ke rumah.
Saat itu, Ryo langsung marahin dia
Kasihan T_T
Aku menjelaskan semuanya dan akhirnya Ryo mau mengerti
Setelah selesai, saat aku baru membuka pintu mobilku, Dhanee berkata, “arigatou!” lengkap dengan senyum manisnya.
Honma ni kawaii >/////<
Aku bener-bener ga bisa ngelupain dia
Can I be her boyfriend?
Aku harus berusaha!!!
Sekian dulu untuk hari ini
Kerjaanku masih banyak.
Dewa, mata!


Dhanee hanya tersenyum saat membaca entry itu.

“Ngapain kamu senyum-senyum sendiri?” tanya Maruyama dengan raut muka bingung.

“Nggak. Lucu aja sih entry kamu yang ini.” jawab Dhanee sambil menunjuk layar laptopnya.

“Bandel ya kamu baca-baca yang itu!!!!!” kata Maruyama sambil memegang kepala Dhanee dengan gemas.

“Ahahahahahaha. Gomen na! Abis aku penasaran sih.”

“Sebenernya nggak pa-pa sih. Yang penting bisa lihat senyum kamu.”

Dhanee langsung memeluk Maruyama.

“Kenapa, sayang? Tiba-tiba meluk.”

“Pengen aja meluk kamu kayak gini.”

“Dhan, entah kenapa aku ingin melakukan ‘hal itu’. Tapi aku yakin pasti kamu ga mau.”

“Sebelum kamu jadi suami aku, aku ga akan melepas keperawananku.”

“Aku... makin seneng sama kamu. Karena kamu...” perkataan Maruyama tiba-tiba terhenti.

“Ung?”

“Dewasa.” kata Maruyama yang langsung mencium bibir Dhanee.

Mereka berdua berciuman 10 detik dan aura menjadi berubah.

“Dhan, aku sayang banget sama kamu! Aku bener-bener...” kata Maruyama yang langsung ditepis Dhanee.

“Iyada! Aku nggak bisa nerima kemauanmu.”

“Gomen! Aku emang bukan cowok yang baik. Tapi aku pengen banget, Dhan-chan!”

“Keluar kamu dari sini!!! Keluar!!!!” seru Dhanee sambil mendorong Maruyama keluar dari kamarnya dan mengunci pintu kamarnya.

Maruyama perlahan-lahan berjalan keluar dari rumah Dhanee. Tetapi, dia merasa pusing saat turun tangga. Lepas dari kesadarannya, ia pingsan dan terjatuh dari tangga. Kepalanya berdarah karena tergores ujung tangga.

“Maru?” Ryo berjalan ke arah tangga, “Maru! Bangun!”

“Panas... sakit...” rintih Maruyama.

Ryo menaruh punggung tangannya pada dahi Maruyama, “harus dibawa ke rumah sakit nih. Panasnya ga biasa.”

Sementara itu, Dhanee masih berada di kamarnya sambil merenung. Dia tidak tahu bahwa pacarnya jatuh dari tangga.

“Dhan, Maru sakit ya?” tanya Ryo.

“Nggak tau.” jawab Dhanee acuh.

“Kok kamu gitu sih? Dia kan pacarmu.”

“Entahlah. Tadi dia sih bilang kalo dia demam. Tapi dia nekat ke sini buat nemuin aku.”

“ooo” kata Ryo, “kamu jaga rumah ya. Aku mau nganter dia ke rumah sakit.”

“Hah? Emang dia kenapa?”

“Jatoh dari tangga. Sekarang sih udah aku bawa ke sofa. Masih ga sadarkan diri.”

“Oh. Ya udah gih sono. Nanti kalo dia sadar bilangin ya.”

* * *

Sampai di rumah sakit, Ryo langsung membawa Maruyama ke ruang UGD agar mendapatkan perawatan lebih lanjut.

“Ano, kamu yang mengantar dia ke sini ya?” tanya dokter itu.

“Oton?!” seru Ryo melihat sosok dokter itu.

“Ryo-chan?”

Ryo langsung memeluk bapaknya. Orang-orang memanggilnya oton karena sikap kebapakannya. Oton meninggalkan Ryo dan Dhanee dalam waktu 3 tahun untuk kuliah S3 di luar negeri dan sekarang akhirnya mereka bertemu lagi.

“Oton, okan wa genki?”

“Genki. Dhanee-chan wa?”

“Genki.”

“Masih sering kambuh?”

“Ga sesering dulu. Dia juga jadi dewasa banget dibanding anak-anak seumurannya.”

“Honma? Ne, kamu kenal sama orang yang kamu antar tadi?”

“Iya. Dia senpaiku sekaligus pacarnya Dhanee.” jawab Ryo dengan senyum lebarnya.

“Dhanee nggak nyeleweng kan?”

“Udah 3 bulan sih. Kayaknya tadi ada masalah gitu. Tapi nggak tahu karena apa.”

“Kasihan dia kena malaria. Panasnya tinggi banget. Semoga saja dia bisa tertolong.”

“Iya, Oton! Oton nanti pulang ke rumah kan?”

“Iya. Tadinya oton sama okan pengen bikin surprise sama kamu. Tapi udah terlanjur ketemu kamu di sini. Jadi surprisenya buat Dhanee-chan aja.”

Seorang wanita datang mendatangi mereka berdua dan memeluk Ryo lalu mencium pipinya.

“Ryo-chan, ohisashiburi!”

“Okan!”

“Wah, kamu makin ganteng aja! Okan pengen ketemu sama anak kesayangan Okan nih!”

“Dhan-chan di rumah. Jadi oton sama okan masih bisa bikin surprise buat dia.”

Mereka bersenda gurau lama sekali karena sudah lama tidak bertemu. Tapi senda gurau itu dihentikan karena kabar buruk dari keadaan Maruyama.

“Sensei, keadaan pasien semakin buruk.” kata salah satu perawat.

“Pasien dipindah ke kamar saja dulu agar mendapatkan kenyamanan.”

“Wakarimashita!”

* * *

Dhanee yang sendirian di rumah, hanya diam di kamarnya menulis apa yang terjadi tadi di blognya.

Gw baru 3 bulan jadian, dia udah minta ‘begituan’
Jelas lah gw ga siap
Gw masih 16 tahun
Cukup ciuman untuk sekarang
Tapi untuk ‘itu’ aku ga mau sebelum aku nikah
Gw masih terlalu muda untuk melakukan itu
Dan gw masih pengen nikmatin masa remaja gw
Ga banget kan, remaja yang masih bisa maen-maen sama temen-temen harus ngurusin anak?
Gomen ne Maru-chan, bukannya aku ga sayang kamu
Tapi pernyataan sayang ga harus melakukan ‘itu’ kan?
Aku cintaaaaaa banget sama kamu
Aku minta maaf udah bikin kamu jadi gini T_T
Apa kamu bisa maafin aku yang udah bikin sakit kamu jadi parah?
Aku janji aku akan ada di sampingmu saat kamu sadar nanti


Setelah mem-posting, telepon rumah berbunyi dan Dhanee dengan sigap mengangkatnya.

“Moshi-moshi?”

“Dhan, niichan ada ga?”

“Dareyanen?”

“Tacchon.”

“Oh, elo. Niichan lagi di byoin nganterin Maru-chan.”

“Maru? Kenapa dia?”

“Katanya niichan dia jatoh dari tangga. Kayaknya sih gara-gara habis berantem sama gw.”

“Loh? Emang ada masalah apa?”

“Nggak papa.”

“Kenapa? Cerita dong!”

“Kalo gw cerita ntar lo malah ganggu hubungan gw sama dia. Jadi lebih baik ga gw ceritain ke elo.”

“Kok lo gitu sih? Maksud gw kan baik!”

“Nggak ah. Ngapain juga cerita ke elo? Gw kan udah nolak lo berkali-kali sampe sekarang gw udah jadian sama dia lo masih ngejar gw juga. Nggak guna cerita sama lo!”

“Dhan, maksud gw kan baik! Bukan buat ganggu hubungan kalian. Cerita dong!”

“Lo buka aja blog gw. Ada entry baru tuh di situ dan itu sudah menceritakan semuanya. Komen boleh, tapi ga usah telpon-telpon.”

“Iya, manis! Aku ngerti!”

“Apa-apaan sih lo?! Gombal banget!”

*bersambung...*

Happy Birthday, Fukka

Title: Happy Birthday, Fukka
Rating: PG *hinting and kissing*
genre: shonen ai *again xD*
disclaimer: not mine but johnny's

Ulang tahunku tinggal seminggu lagi. Apa yang harus kupersiapkan? Jujur, aku tidak terlalu senang dengan pesta dan semacamnya itu. Paling-paling aku hanya mentraktir teman-temanku dari Jr. Boys dan mantan J.J. Express yang masih di Jr.

“Fukka, jangan lupa traktir gw ya!!” kata Kamei.

“Iya, Fukka. Udah lama nih nggak ngumpul bareng-bareng.” kata Hashi.

Ini anak berdua rebut mulu sama yang namanya traktiran. Cuma ada 1 anak yang nggak ribut dari tadi. Dia adalah Asaka Kodai. Dia tenang-tenang aja. Dari dulu, Hashi dan Kamei emang paling berisik. Belom lagi kalo Daiki dan Hashi bawa boneka teddy bear. Kami langsung berbeda dari umur kami sekarang. Semuanya langsung Chibi mode: ON kecuali Inoo dan Asaka.

”Nee, Fukka. Aku ingin ulang tahunmu kali ini bisa membuat kenangan terindah untuk kita semua.” kata Asaka.

Saat Asaka mengatakannya padaku, mukaku langsung merah padam. Dia menepuk punggungku dan memelukku. Sudah lama sekali aku tidak merasakan hangatnya pelukan Asaka. Setahun yang lalu, tidak lama setelah aku masuk ke Jr. Boys menjadi back dancer, Asaka menjalani masa hiatus dari Johnnys Jr. Pada saat itu, Asaka meminta Kamei untuk menjagaku. Sampai sekarang Kamei masih menjagaku meski Asaka sudah kembali.

* * *

Hari ini ulang tahunku. Semua teman-temanku mengucapkan ”Otanjoubi omedettou!” padaku. Aku senang sekali mendengarnya. Beberapa orang yang sudah debut, especially Hey! Say! JUMP yang dulunya J.J. Express juga mengucapkannya. Tapi masih ada 1 orang yang belum mengucapkan padaku. Yang nggak deket aja ngucapin, kenapa Kamei nggak?

”Fukka~” panggil Hashi, ”jyan~”

”Nani kore?”

”Hadiah ulang tahun.”

”Dari kamu?”

”Bukan, dari Johnny-san.” canda Hashi, ”Ya nggak lah! Dari aku.”

“Itadakimasu!” seruku senang, “Aku buka ya!”

“Douzo!”

Aku membuka kado yang diberikan Hashi. Sebuah boneka teddy bear warna putih persis sama yang diberikan Takaki untuk Hashi.

”Kok sama yang kayak dari Takaki?”

”Karena kamu sering ikutan main jadi aku beliin satu buat kamu. Kawaii deshou?”

”Arigatou!”

”Doumo.”

Hashi meninggalkanku sehingga aku sendirian lagi. Tiba-tiba muncullah sesosok manusia yang memelukku dari belakang. Kehangatan pelukan ini sama seperti saat Asaka memulai hiatus.

”Otanjoubi omedettou, Fukka!” bisiknya lembut.

”Kamei? Nande? Kenapa kamu baru mengatakannya sekarang?”

”Kalau bareng-bareng tidak ada yang spesial. Karena kamu begitu spesial untukku. Jadi aku buat yang spesial juga.”

Kamei mendekapku semakin kencang. Jatungku berdegup. Kencang sekali. Mukaku merah padam, aku tidak bisa berkata-kata lagi. Kamei melepaskan pelukannya dan membalikkan badanku agar kami bisa berhadapan. Kamei mendekatkan mukanya padaku. Apakah kamei akan menciumku? Bibir kami sudah tinggal 1 senti lagi. Sayangnya...

”KRIIIING... KRIIING!!!”

”Kuso!!!”

Kamei sangat kesal. Ya, mungkin ini gangguan dari hadiah spesialnya untukku. Sebenarnya bibir Kamei masih suci *bener ga?*, begitu juga denganku. Fukka! Apa yang kamu pikirkan? Kenapa kamu berpikir begini? Hilangkan semua pikiran itu!

”Ano, kita nanti bertemu di taman tempat kita biasa curhat ya. Wasurenaide!”

”Hai.”

* * *

Setelah selesai latihan, aku pergi ke taman tempat biasanya anak-anak curhat. Di sana terlihat Kamei sudah menunggu. Langsung saja kudekati.

”Nandesuka, Kamei-kun?”

Kamei hanya tersenyum dan bergegas untuk berdiri. Tanpa basa-basi, ia langsung menciumku tepat di bibir. Dekapan ini adalah dekapan yang paling hangat. Aura kasih sayang dan pelindung keluar dari tubuh Kamei. Kami berciuman agak lama.

”16 sai tanjoubi omedettou, Fukka!”

”Arigatou.”

”Kamu tahu berapa lama kita berciuman?”

Aku menggeleng.

”Kita berciuman selama 16 menit. Sebagai tanda kalau sekarang umurmu sudah 16 tahun.”

Aku yang kaget pun langsung memeluk Kamei. Di matanya terpancar kebahagiaan yang mendalam.

Sabtu, 29 November 2008

Happy Birthday, Takaki

Title: Happy Birthday, Takaki
Rating: PG *hinting and kissing*
Genre: shonen ai
Disclaimer: not mine but Johnny's

Hari ini, aku berada di dorm hanya berdua dengan Hashi. Daiki sepertinya masih bermain di Dorm 1 dan Yama-chan masih mengerjakan tugasnya sendirian di kamarnya. Aku sedang mempersiapkan untuk pesta ulang tahunku di school lounge nanti. Aku dibantu oleh Hashi dalam mempersiapkan semua ini.

“Takaki-kun, apa tidak apa-apa bila aku membuat pesawat-pesawatan seperti ini?” tanya Hashi.

“Daijoubu. Tema pesta ulang tahunku kali ini kau yang menentukan. Aku hanya menerima apa yang kau inginkan.”

“Arigatou!” kata Hashi. Mukanya tampak memerah saat mengatakannya.

Meski belum semuanya selesai, aku dan Hashi memutuskan untuk istirahat dan melanjutkannya besok.

“Hashi, bolehkah aku meminjam bahumu untuk bersandar?”

“Douzo.”

Aku bersandar di bahu Hashi. Dia pun membelai rambutku dengan penuh kasih sayang. Sudah 2 bulan aku menjalani hubungan ini dan belum ada yang mengetahuinya, termasuk Daiki. Tiba-tiba, Hashi berhenti membelai rambutku dan melepaskan sandaranku di bahunya.

“Apa lebih baik kita memberitahukan pada semuanya?” tanya Hashi sambil memegang bahuku.

“Tapi kapan?”

“Hi-mi-tsu!” bisik Hashi sambil menaruh jari telunjuknya pada bibirku.

Bisikannya yang lembut membuatku terhanyut. Hashi memelukku dan mencium pipiku. Ia menyuruhku tidur agar aku tidak sakit di hari H.

“Tidurlah! Seperti biasa, aku akan menemanimu sampai kamu benar-benar tidur.”

“Terima kasih, Hashi. Oyasuminasai.”
“Oyasuminasai.”

Aku langsung memejamkan mataku. Kurasakan Hashi mencium keningku dan memegang tanganku dengan lembut. Tidak lama kemudian, ia meninggalkanku.

* * *
Aku merasa tidak enak badan hari ini. Mungkin karena aku terlalu capek. Mana aku sedang ada di Literary Club, pelajaran Okada-sensei. Bel tanda pelajaran selesai telah berbunyi. Saat berdiri, aku merasa pusing dan terjatuh saat berada di depan pintu. Yang aku dengar saat itu hanyalah suara panik Yabu dan Okada-sensei. Saat aku terbangun, aku sudah berada di Nursery room dan Hashi sudah berada di sebelahku dengan tampang panik dan memegang tanganku.

“Takaki-kun, daijoubu desu ka?”

“Daijoubu. Hanya sedikit tidak enak badan saja.”

“Kamu kurang istirahat sih. Istirahat yang benar ya. Jangan kemana-mana. Masalah ulang tahun biar aku yang urus. Oke?”

Aku mengangguk tanda setuju. Setelah itu aku diperbolehkan meninggalkan Nursery room dan kembali ke kamar *sudah pasti diantar oleh Hashi*. Aku beristirahat di kamar. Saat sekolah sudah selesai, mereka semua datang satu-satu bergantian. Daiki hari ini juga tidak main kemana-mana hanya untuk menjagaku *permintaan Hashi*.

“Daichan, tumben lo nggak keluyuran keluar kamar?”

“Permintaan Hashi. Gue nggak enak kalo yang minta dia. Kalo elo yang minta sih juga mendingan gue kabur.” kata Daiki sambil menunjukkan senyum licik.

“Hontou ni?”

“Nggak lah! Bercanda doang, nggak usah dibawa serius dong.” kata Daiki menegurku yang mentalnya masih seperti anak-anak ini.

Hashi masuk ke kamar dan menanyakan keadaanku. Meski caranya dia menanyakan hanya seperti teman biasa. Tidak seperti yang pas di Nursery room itu. Sepertinya dia masih belum siap untuk mengatakan pada Daiki bahwa kami sebenarnya sudah berhubungan.

“Minna, gue tidur duluan ya! Oyasuminasai!” kata Daiki yang langsung tertidur setelah mengatakan ini.

“Oyasuminasai!” kata kami berdua.

Kami mengatakannya berdua. Korette destiny? Daiki sudah tidur dan kami langsung mengobrol seperti apa adanya kami. Hashi baik sekali mau mengurusi ulang tahunku. Kalau yang lain mungkin pada nolak. Setelah kami mengobrol sebentar, aku langsung tertidur dan Hashi melanjutkan pekerjaannya.

* * *
Hari ulang tahunku sudah di depan mata. Ya, hari ini adalah hari ulang tahunku. Semuanya memberi selamat padaku. Dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi sore nanti di school lounge. Karena saat aku lewat school lounge tadi belum ada apa-apa. Masih biasa-biasa aja. Hari ini saatnya Music Club, pelajaran Kamenashi-sensei. Kata Kamenashi-sensei, suaraku sudah cukup bagus. Saat itu kami harus bernyanyi satu grup. Grupku berisi aku, Yabu, Hika, Inoo, Daiki. Kami berlima bernyanyi Su-Ri-Ru. Semuanya bagus. Setelah Music Club selesai, aku melihat Hashi langsung berlari keluar. Sepertinya terburu-buru sekali. Kami semua, nggak heisei nggak showa, semuanya bersatu menuju cafeteria untuk makan siang kecuali Hashi. Hika dan Kusano-kun banyak ngocol hari ini. Dan mereka semua mengucapkan selamat ulang tahun padaku. Aku merasa senang karena mereka semua ingat pada ulang tahunku.

“Bagaimana persiapan pesta ulang tahunmu nanti sore?” tanya Tegoshi-senpai.

“Sepertinya sedang disiapkan.”

“Semoga pesta hari ini bisa menyenangkan.” kata Yamashita-senpai.

Kami semua mengobrol sampai bel pulang dibunyikan. Tumben banget! Biasanya habis jam makan siang aku dan Yamashita-senpai ada Journalism Club. Tapi ini tiba-tiba bel pulang berbunyi dan ada pengumuman dan kepala sekolah.

“Hari ini kalian tidak bisa melewati school lounge karena sedang dipersiapkan untuk suatu acara. Lewat hall aja kalo mau balik. Oke?”

Kami semua langsung menghela nafas. Aku berpikir, apakah school lounge akan dipakai untuk merayakan pesta ulang tahunku. Lalu kami semua berpisah di tangga laknat yang tidak boleh dilewati anak-anak dorm heisei. Aku dan Daiki langsung menuju kamar untuk istirahat. Hari ini capek sekali karena kami berlatih teknik bernafas yang baik saat bernyanyi. Aku dan Daiki langsung menempel pada kasur saking capeknya. Dan aku ketiduran sampai-sampai aku tidak tahu kalau hari ini ada pesta ulang tahunku. Saat aku terbangun, ternyata ada SMS dari Hashi.

“Takaki-kun, bangun! Acara akan dimulai. Ke school lounge ya sekarang! Kami semua menunggumu.” kata Hashi pada SMS-nya untukku.

Aku pun bergegas mengganti seragamku dengan baju yang sudah kusiapkan tadi malam. Setelah itu, aku berjalan menuju school lounge. Benar-benar berbeda. Dekorasi yang disiapkan oleh Hashi benar-benar membuatku terperangah tidak bisa berkata apa-apa. Aku ingin menangis tapi kutahan. Aku memasuki school lounge dan di situ Hashi tersenyum. Senyumnya sangatlah gentle membuatku terhanyut. Di meja sudah ada kue blackforest dengan 18 lilin yang disiapkan oleh teman-teman semua. Inoo memainkan lagu “Happy Birthday” dengan piano. Ada graffiti buatan Hika.Aku benar-benar terharu hari ini. Mereka semua benar-benar membuatku senang di hari special untukku. Aku berjalan menuju meja tempat kue ditaruh. Mereka semua langsung bernyanyi “Happy Birthday”. Aku langsung meniup lilinnya dan memotong kuenya. MCnya adalah Yabu dan Hika.

“Takaki, siapa orang yang bakal lo kasih potongan pertama kue ini?” tanya Yabu memakai topi shiroyagi.

“Dare? Dare?” tanya Hika memakai topi kuroyagi.

“Aku akan memberikan kue ini ke cowok yang paling aku sayangi. Hashimoto Ryosuke.”

Mata Hashi tampak berkaca-kaca saat berjalan mendekatiku. Hashi menerima kue yang kuberikan dan dia langsung mencium bibirku. Kurasakan nafasnya berat sekali, bibirnya begitu lembut sehingga terasa ada semacam kenikmatan saat berciuman dengannya. Setelah itu ia langsung memelukku.

“Arigatou, Takaki-kun! Otanjoubi omedettou!” kata Hashi sambil memelukku.

“Sama-sama, Hashi.”

Lalu Hashi menciumku lagi. Hari ini benar-benar ulang tahunku yang paling menyenangkan. Karena aku mendapatkan first kiss-ku di sini dan mendapatkan pacar yang paling baik dibandingkan yang lain. Mulai sekaranglah teman-teman sudah mengetahui hubunganku dengan Hashi. Terima kasih Tuhan telah memberikanku hari yang paling indah yaitu di hari ulang tahunku.