Kamis, 20 Agustus 2009

Wasurenai Hito - Chapter 1

Title: Wasurenai Hito
Author: zeroxasuzaku a.k.a dhanee
Genre: School Life, Human Drama, a bit of Romance
Rating: PG-13
disclaimer: for boys their johnnys, for girls thanks for your cooperation ^^

Chapter 1

2 tahun yang lalu

Fukka’s POV

Pagi yang cerah, matahari memancarkan sinar hangat untuk hari ini. Khusus pagi ini, yang kebagian jatuh dari tempat tidur adalah aku.

“Ngh~” aku yang baru bangun dari tidur yang pulas pun mengulat, “ittai!” seruku karena badanku sakit.

Shota yang awalnya masih tertidur pun jadi bangun karena mendengar teriakanku.

“Hikaru, bangun! Hari ini kita menang dari Fukka.” seru Shota

“Hontou?” tanya Hikaru yang masih serak karena baru bangun.

“Serius! Liat tuh di bawah!”

“Shota, diem ah! Sakit tahu ditendang kalian berdua!” keluhku yang langsung berdiri dan berjalan menuju kamar mandi, “gw mandi duluan!”

“Nggak bisa! Gw duluan!” sahut Hikaru yang langsung melompat dari kasurnya.

“Fukka mandinya lama, Hikaru apalagi! Udah gw duluan yang mandinya cepet!” seru Shota.

“Apa-apaan lo?! Kalian beresin tuh tempat tidur! Gw yang mandi duluan!” bentakku sambil mendorong 2 saudara kembarku untuk menjauh dari kamar mandi.

Shota dan Hikaru langsung terdiam jika melihatku marah. Mereka langsung merapikan tempat tidur dan menunggu giliran mandi. Sebelum memasang gakuran, mereka merapikan kemejanya satu sama lain. Begitu juga setelah memakai gakuran, mereka saling tolong menolong untuk merapikannya.

“Ohayou, otou-san!” sapaku pada otou-san saat turun.

“Ohayou.” sapa Shota

“Ohayou!” sapa Hikaru.

“Ohayou, minna!” sapa otou-san, “pada sarapan dulu yuk!”

Kami menyantap makan pagi sampai habis.

“Kalian bertiga hati-hati ya di jalan.”

“Hai! Ittekimasu!” kata kami kompak yang langsung keluar dari rumah.

***

Shota’s POV

Kami berjalan menuju jalan setapak yang menuju sekolahan. Jalanan itu memang selalu dipenuhi oleh anak-anak sekolah saat pagi dan jam pulang sekolah. TK, SD, SMP, SMA, semuanya lewat jalan itu.

“Ohayou!” sapa Ikki yang juga baru keluar dari rumahnya.

“Bareng yuk!” ajakku.

“Un!”

Kami berjalan bersama-sama sambil melihat keadaan sekitar dan mengobrol. Ada yang jalan sambil belajar, ada yang sambil pacaran, ada yang tasnya dibawain, macem-macem deh pokoknya.

“Ohayou!” seru Miyadate dan Sakuma bersamaan sambil berlari ke arah kami.

“Liat deh! Sanada sama Marina pagi-pagi udah pacaran aja.” sahut Ikki.

“Bilang aja cemburu! Hahahahahahahahahahaha!” kata Sakuma yang disambut oleh gelak tawa dari teman-temannya.

“Itu lebih parah lagi. Sejak kapan Nozawa jadi babunya Mika?” tanyaku yang membuat Hikaru jadi malas melihatnya.

Tidak lama kemudian, datanglah kakak beradik Risa dan Ryohei. Mereka bisa jadi satu angkatan karena Ryohei lompat kelas pas SD. Risa adalah orang yang disukai Fukka. Mereka cukup dekat dan tampaknya sedikit lagi bakal pacaran. Selain Risa dan Ryohei, datang juga Asuka. Asuka itu, orang yang aku suka. Huwaaaa, doki-doki suru da!

“Risa, Ryohei, ohayou!” sapa Asuka.

“Ohayou, Asuka!” sapa Risa.

Ryohei mempercepat langkahnya dan meninggalkan mereka berdua. Memang anak itu tidak suka bersosialisasi, malah kadang terlampau cuek. Aku lebih senang sama Asuka karena Asuka itu sesuai dengan tipeku. Fukka yang dari tadi tertawa dan masih bisa membuat bahan obrolan jadi terlihat lebih kalem kalau melihat Risa. Mungkin karena deg-degan kali ya.

“Eh, kok pada diem sih ni anak berdua?” tanya Ikki.

“Kan ada gebetannya di depan.” sahut Hikaru yang disambut oleh tawa Ikki, Sakuma, dan Miyadate.

“Tadi lu cemburu kan liat tasnya Mika dibawain sama Nozawa?” candaku pada Hikaru.

“Nggak usah dibahas deh.” kata Hikaru yang mempercepat langkahnya.

Aku, Fukka, Ikki, Sakuma, dan Miyadate mengejarnya.

“Bercanda doang tau!” kataku, “nggak usah dibawa serius.”

“Gw juga bercanda kok.” kata Hikaru sambil memperlihatkan evil-smile-nya.

***

Fukka’s POV

Bel masuk berbunyi. Meski sudah bel, tetap saja masih ada yang di luar. Yang di kelas saja belum semuanya duduk di tempat masing-masing. Aku memainkan game yang selalu kubawa ke sekolah. Katokan, si biang gosip kelas, datang dengan berlari menuju ke kelas.

“Ada berita!” seru Katokan yang langsung berdiri di belakang meja guru.

Aku menge-pause game yang kumainkan dan memperhatikan Katokan bicara. Biasanya dia yang sering bawa gosip dari ruang guru ke kelas.

“Gosip apa lagi nih?” tanya Funabiki, salah satu playboy kelas kami.

“Ada anak baru!” seru Katokan dengan senyum lebarnya

“HEEEEE?!” suara satu kelas yang langsung gempar mengatakan, “Dare?”

“Cewek atau Cowok?” tanya Ikki.

“Kebetulan yang tak terduga. CEWEK!” kata Katou menggemparkan satu kelas.

“Cantik ga? Cantik ga?” tanya Funabiki dengan wajah antusias.

“Belum tau. Nanti sensei ke sini bawa dia.”

Setelah pengumuman itu, teman-teman sekelasku langsung bergosip. Nggak cewek, nggak cowok, semuanya emang tukang gosip di kelas ini. Aku tidak terlalu tertarik dengan masalah ini. Jadi, kulanjutin aja gameku. Kalau kulihat-lihat, tidak semua teman-temanku suka gosip, apalagi buat yang cowok. Ryohei tetap serius dengan bukunya, Sakuma hanya diam di bangkunya, begitu juga dengan Miyadate. Kalau yang cewek, setahuku yang pendiam Ami. Dia saking pinter dan rajinnya sampai nggak pernah kelihatan bergaul. Katanya anak-anak sih, dia sering ke Harajuku sama ke Shibuya. Pasti modis lah kalo suka ke sana. Kalo diliat dari seragamnya sih, cukup modis juga. Secara nggak sengaja, aku dengerin percakapan Risa dkk. Kalo denger suara Risa jadi deg-degan banget!

“Siapa yah anak barunya? Penasaran gw.” kata Risa sambil mengobrol dengan Asuka, Haruna, dan Mika.

“Jangan-jangan artis!” kata Haruna sambil berkhayal

“Gw sih ga terlalu peduli.” jawab Mika dengan nada dingin.

“Hah? Emang mau ada anak baru?” tanya Asuka yang mulai kumat lemotnya.

“Asuka, lola bener sih lo? Tadi baru aja si Katokan bilang mo ada anak baru. Di kelas ini.” jawab Risa.

“Cewek? Cowok?” tanya Asuka

“Cewek!” jawab Risa, Haruna, dan Mika bersamaan.

Setelah mendengar percakapan mereka, aku masih serius bermain game tapi nyambi nguping juga. Oh tidak! Ternyata di sampingku ada orang yang selalu mengganggu hubunganku dengan Risa. Kulayani saja dia. Namanya Ruka. Waktu kelas 1 dulu, dia gangguin hubungan Sanada dan Marina. Untungnya mereka berpegang teguh dan akhirnya jadian juga. Masalahnya nih, sekarang targetnya aku sama Risa. Bete banget kan?

“Kenapa?” tanyaku.

“Nggak. Cuma nyamperin kamu aja.” jawab Ruka.

“Nyamperin gw? Buat apa?”

“Biar tambah deket.” kata Ruka yang memegang tanganku.

Kulepaskan saja tanganku dari genggamannya. Dikira suka apa? Sori ya. Pengganggu kayak Ruka tuh lebih baik pergi jauh-jauh dari hadapanku.

***

Shota’s POV

Kasihan sekali Fukka diganggu oleh “virus” pengganggu hubungan seseorang itu. Semoga saja Risa yang cemburuan bisa melawan si “virus” pengganggu seperti Ruka. Marina saja bisa langgeng sama Sanada meski diganggu sama Ruka. Tampaknya Ruka belum menjauh dari hadapan Fukka meski Fukka serius banget memainkan gamenya.

“Eh, virus! Pergi aja lo dari hadapan Fukka!” seruku.

Persis setelah kukatakan hal tersebut, Risa yang bangkunya ada di belakangku langsung menoleh ke arah Fukka dan air mukanya berubah.

“Ganggu mulu sih bisanya!” seru Risa.

Di kelas, aku dan Risa dijuluki oleh teman-teman sekelas “orang yang paling terus terang”. Kami kalo ngomong emang paling nyelekit, tapi kami selalu berbicara apa adanya. Karena sifat Risa yang inilah Fukka lebih menyukainya. Dulu Fukka pernah bilang, “orang kadang ngomongnya suka nggak terus terang biar nggak nyakitin hati orang. Gara-gara Shota, aku jadi tahu orang-orang yang nggak terus terang itu gimana. Nyelekit nggak papa, yang penting dia bisa ngomong apa adanya.”. Aku sangat senang saat Fukka mengatakan hal itu.

(Shota flashback kenapa Fukka bisa suka sama Risa)

Saat itu sedang berlangsung pelajaran olahraga untuk anak kelas 1 B. Fukka tidak ikut karena sakit. Meski saat itu banyak yang sakit, tapi hanya Fukka yang tidak mengikuti olahraga. Ia duduk di pinggir lapangan sambil menghangatkan diri. Risa mendekati Fukka dan mengajaknya berbicara.

“Sakit ya?” tanya Risa.

“Iya.” jawab Fukka.

“Itu anak-anak yang sakit banyak yang olahraga kok.” kata Risa, “kok kamu nggak?”

“Kata dokter aku nggak usah ikut olahraga dulu. Maklum, jantungku lemah.”

Saat Risa mau mengatakan sesuatu, dia dipanggil guru untuk pengambilan nilai.

“Gomen ne, nggak bisa lama-lama ngobrolnya. Cepet sembuh ya! Jangan sakit terus! Jyaa ne!” kata Dhanee sambil berlari menuju lapangan.

Saat itu, kulihat warna pada wajah Fukka berubah menjadi merah padam. Entah apa yang ia pikirkan. Aku melihatnya saat itu. Saat dimana Fukka menemukan cinta pertamanya.

(flashback selesai)

***

Wali kelas pun datang bersama dengan murid baru itu. Gadis itu bertubuh tinggi, wajahnya masih tampak seperti anak-anak, kurus tapi nggak kerempeng, dan memiliki gingsul yang menjadi ciri khasnya.

“Heeeee,” seru anak-anak satu kelas yang dilanjutkan oleh keberisikan mereka.

“KAWAII NA ONNA!!!” seru Funabiki yang membuat satu kelas gempar untuk menjitak Funabiki.

Aku memperhatikan anak-anak di kelas saat itu. Kulihat Sakuma dan Risa cukup kaget melihat anak baru itu. Mungkin mereka mengenalnya. Sedikit menguping percakapan.

“Ah!” seru Sakuma dengan raut muka kaget

“Mizuki-chan (?)” Risa menggumam dengan nada berbisik.

“Risa, daijoubu? Kamu kenal sama dia?” tanya Haruna.

“Un? Ah, daijoubu! Aku ngerasa kayak kenal aja.”

Haruna hanya membulatkan mulutnya membentuk huruf O.

“Hai, hari ini kita kedatangan murid baru. Namanya Arisawa Mizuki. Arisawa-san, harap memperkenalkan diri.” kata Inohara-sensei yang lebih sering dipanggil Inochi-sensei.

“Arisawa Mizuki desu. Yoroshiku onegaishimasu.” kata Arisawa sambil menunduk sopan.

“Arisawa ini dari sekolah khusus wanita. Pindah ke sini karena ingin mencari suasana baru. Benar begitu bukan, Arisawa-san?” tanya Inochi-sensei.

“Hai!” jawab Arisawa semangat.

“Sensei, bangku di belakang saya kosong!” seru Nozawa sambil cengengesan padahal nggak ada yang lucu sama sekali.

“Arisawa-san, silahkan duduk di sana. Hai, kita mulai pelajaran kita tentang . . .” Inochi-sensei langsung mengawali pelajaran.

***

Fukka’s POV

Hore!!! Bel istirahat berbunyi. Hari ini ada makanan dari sekolah. Ada natto. Yatta! Natto daisuki! Selain natto, ada katsu kare juga. Katsu kare adalah makanan favorit teman-teman sekelas. Aku juga menyukainya. Katsu kare buatan sekolah memang paling enak!! Kelas langsung menjadi sepi, hanya ada bunyi ketukan sendok pada piring. Mereka semua dengan lahap memakan makan siang hari ini.

“Fukka, ke rooftop yuk!” ajak Hikaru.

“Yuk! Shota mo ikou ka?” tanyaku.

“Un! Ikou!”

“Atashi mo iku!” seru Ruka dengan nada sok imutnya.

Lagi-lagi dia!!! Padahal kami ke rooftop untuk membicarakan masalah kami pribadi, tapi “virus” ini selalu mengganggu kami.

“Ngapain sih lo ikut?! Mau mengumbar privasi?” tanya Shota blak-blakan.

“Ng..nggak sih. Cuma pengen ikut aja.” jawabnya dengan nada yang tetap sok imut, yang membuat orang-orang ingin menutup kupingnya.

“Ya udah kalo gitu. Ikou!” ajak Hikaru dengan senyum di wajahnya.

Hikaru paling bisa menyembunyikan emosi, berbeda dengan Shota. Shota kalau emosi jadi blak-blakan. Nggak emosi pun begitu. Berbeda denganku yang lebih memilih diam dari pada mencari keributan.

Dalam perjalanan menuju rooftop, kami sempat bertemu Risa dan Haruna yang sedang menemani Arisawa keliling gedung sekolah. Jujur, aku saking deg-degannya sampe nggak bisa ngomong sama Risa. Malah yang ngomong Hikaru terus. Shota udah keburu bete gara-gara Ruka ikutan.

“Risa, Haruna!” panggil Hikaru, “Wah, lagi ngajak Arisawa-san keliling ya?”

“Iya.” jawab Haruna.

“Kalian pasti mau ke rooftop ya?” tanya Risa.

“Iya. Duluan yah!” kata Hikaru

Tampaknya Risa tidak senang dengan keberadaan Ruka bersama kami. Setelah mengobrol sebentar, kami pun berpisah. Ruka masih saja bawel dengan suara sok imutnya yang membuat telinga kami pengang. Shota pun angkat bicara.

“Bawel lu ah! Bisa nggak lo ngeluarin suara asli lo? Bukan suara yang dibuat-buat kayak gini!” bentak Shota yang sudah tidak bisa menahan emosinya.

“Ta.. tapi, suaraku memang udah begini dari dulu.” jawab Ruka dengan muka memelas dan suara yang makin dibuat-buat mau nangis.

“Kenapa? Mau caper karena nggak ada yang merhatiin? Atau caper biar jadi ketua OSIS? Lo mau ngerebut Fukka dari Risa kan? Nggak usah nyelak lagi lo!” bentak Shota lebih keras dari yang awal.

Shota kalo udah bentak pasti lawannya langsung diam. Kecuali lawan ngebentaknya aku, Hikaru, Risa, Haruna, dan Asuka. Nggak bisa dihentikan. Nah, saat ini Ruka langsung diam setelah bentakan Shota yang kedua kalinya. Selama perjalanan, Ruka jadi tidak bawel lagi kayak tadi.

***

Shota’s POV

Lah kok si “virus” diem sih? Kayaknya dari tadi baweeeel banget. Kayaknya bentakan gw masih belom kebal di hadapan dia. Bagus lah kalo gitu. Kalo sama yang udah kebal mah susah.

“Ah, akhirnya dapet udara segar juga!” seruku saat sampai di rooftop.

Seperti biasa rooftop rame buat pacaran. Hwahahahahahahaha! Waktu itu Fukka, aku, sama Hikaru pertama kali PDKT juga di sini. Hikaru yang senang dengan langit langsung mengeluarkan hpnya untuk memotret nuansa langit hari ini. Risa dkk juga datang ke sini, tapi yang sekarang ditambah Arisawa. Di samping Arisawa ada Sakuma. Hmm, mungkin mereka udah pacaran sejak lama kali ya? Atau mungkin mereka bersaudara? Hmm, mana ku tahu masalah seperti itu.

“Kyou no sora wa kirei deshou?” tanya Mika yang sudah berada di sebelah Hikaru.

“Ah. Mika-chan!” kata Hikaru yang mengeluarkan tanda-tanda gugup, “so..sou da!”

Senangnya ada mereka di sini. Jadi rame! Karena kita semua dekat jadi udah biasa. Sakuma selalu memiliki aura yang berbeda. Saat berangkat sekolah ia selalu tertawa dan enak diajak ngobrol, tapi kalau sudah di kelas dia berubah jadi cowok super pendiam. Entah apa yang dipikirkan, semuanya tidak ada yang mengerti. Semoga dengan kedatangan Arisawa di kelas dapat membantunya untuk bisa tersenyum.

“Fukka, pinjem NDS dong.” kata Risa dengan nyengir lebarnya.

“Nih!” kata Fukka sambil memberikan NDS yang selalu dibawa kemana-mana, “pasti mau lanjutin ya?”

“Tahu aja.” kata Risa dengan senyum manisnya

Ah, enaknya Fukka. Punya gebetan yang memiliki kegemaran yang sama. Kalau dibanding aku, jauh banget. Hikaru cukup setipe lah sama gebetannya. Tapi Mika suka terlampau cuek. Kalau dilihat-lihat juga, mereka adalah pasangan yang serasi. Haduuh, Shota!!! Mikirin apa sih kamu?? Kami di rooftop mengobrol ngalor ngidul, ngecengin yang lagi PDKT, dan lain sebagainya.

Wasurenai Hito - Prologue

Title: Wasurenai Hito
Author: zeroxasuzaku a.k.a dhanee
Genre: School Life, Human Drama, a bit of Romance
Rating: PG-13
disclaimer: for boys their johnnys, for girls thanks for you cooperation ^^

PROLOG

Fukka’s POV

Kamar ini terasa berbeda dari yang dulu. Ramai. Tidak seperti sekarang. Sepi. Tinggal 2 orang saja yang memakai kamar ini, aku dan kembaranku, Shota. Sejak ia pergi, suasana di rumah pun berubah. Tapi aku sangat berterimakasih padanya karena dia tetap mensupport aku sampai akhir hayatnya. Entah itu dalam masalah sekolah, cewek, dan lain sebagainya. Aku sangat merindukan kehadirannya di rumah ini, di kamar ini.

“Fukka, ikou!” sahut Shota dari dekat pintu.

“Hai.” jawabku sambil mengambil tasku yang tergeletak di meja kasur.

***

Shota’s POV

Tidak terasa, sudah 2 tahun ia pergi meninggalkan kami semua. Terkadang, aku sedih jika mengenang masa-masa itu. Namun, dibalik kesedihan itu aku juga dapat mengambil hikmahnya. Sekarang, aku tahu kapan saatnya aku harus menjadi seorang anak baik. Karena dia, aku jadi bisa menjaga emosiku. Karena dia pula, aku bisa mengerti betapa susahnya hidup yang harus dialami olehnya. Support dari dialah yang membangun kami untuk menjadi manusia yang lebih baik. Aku sangat merindukannya. Senyumnya, gelak tawanya, cara berbicaranya, dan lain sebagainya.

***

Hikaru, kami semua merindukanmu. Ia adalah kembaran kami yang pergi 2 tahun yang lalu. Sosok orang yang tahu kapan waktunya untuk diam dan kapan waktunya untuk berbicara. Meski paling muda, ia dapat dijadikan panutan. Tipe laki-laki sempurna idaman para wanita. Ia juga paling gampang mengalah. Ia tidak pernah menangis. Saat ia gagal, ia hanya tersenyum menyembunyikan kesedihannya. Cara berbicaranya yang memiliki intonasi dan nafas yang sempurnya, senyum dan gelak tawanya yang tidak dibuat-buat membuat kami bangga memilikinya sebagai keluarga. Dibalik kesempurnaan yang dimiliki oleh Hikaru, ada satu kekurangan yang sangat fatal akibatnya. Kekurangan itu adalah dia menderita leukimia.

Kamis, 13 Agustus 2009

When We Lost Someone Important - chapter 5

Title: When We Lost Someone Important
Author: zeroxasuzaku aka Dhanee
Rating: PG
Genre: angst , school life, human drama
warning: agak mengandung kekerasan , dan kayaknya bakal ada shonen-ainya tuh. wkwkwkwkwk
disclaimer: yang cowo jonis, yang cewe yang bikin dan yang mau dijadiin karakter di sini :)

Fukka dan bapaknya pulang bersama berhubung Fukka sempat kambuh penyakitnya. Di rumah mereka sendiri, hanya Shota dan Hikaru yang ada. Okada-sensei sudah pulang karena ada shift di rumah sakit. Shota menggantikan baju Hikaru dari seragam menjadi piyama dan membuatkan makan malam untuk bertiga. Hikaru dibuatkan bubur polos.

“Kok pada belom pulang ya? Hachuu!” gumam Shota yang dilanjutkan dengan bersin, “Ada yang ngomongin gw ya? Aneh banget kalo gw bersin di saat seperti ini.”

Shota mengambil tissue yang ada di dekatnya dan mulai membuang ingusnya yang mulai meler. Untunglah masaknya udah selesai. Jadi ia bisa konsentrasi dirinya sendiri.

“Tadaima!” seru otou-san.

“Okaeri, otousan! Fukka-kun mo!”

Fukka hanya diam dan mempercepat langkahnya menuju kamar. Ia merasa hari ini adalah hari yang paling sial baginya. Karena hari ini ia harus menerima 2 kenyataan pahit dalam hidupnya secara bersamaan dalam 1 hari. Saat masuk ke kamar, ia melihat Hikaru yang tergolek lemah di kasur dan mulai mengeluarkan air matanya saat berada tepat di sebelah Hikaru untuk menggantikan kompresnya. Hikaru bisa merasakan bahwa Fukka menangis saat itu.

“Nande Fukka naiteru no?” tanya Hikaru yang merasakan keberadan Fukka di dekatnya.

“Nandemonee.” jawab Fukka sambil menyeka air matanya dan mulai melepas seragamnya.

“Gomen ne! Yang masalah Risa tadi.”

“Ee yo!”

“Gara-gara aku, kamu jadi gini sekarang.”

“Mou ee dakara sa! Kamu nggak salah apa-apa.” kata Fukka sambil ganti baju, “ini salahku. Aku yang harus nanggung itu semuanya.”

Otou-san datang menjenguk Hikaru.

“Gimana kabarnya?”

“Udah lebih baik kok, Otou-san! Cuma masih pusing banget.”

“Sou ka.”

“Tes darahnya udah keluar hasilnya?”

Otou-san memberikan sinyal kepada Fukka agar dia keluar dari kamarnya karena otou-san butuh pembicaraan yang bersifat pribadi khusus otou-san dan Hikaru meski Fukka sudah mengetahui semuanya.

“Ban gohan tabemasu ka?” tanya Shota tepat saat Fukka keluar dari kamar.

“Zen zen.”

“Otou-san wa?”

“Udah jangan di sini.” kata Fukka sambil merangkul bahu Shota untuk menjauh dari kamar, “mereka butuh privasi.”

Shota merasa ada yang disembunyikan dari Fukka masalah Hikaru. Dengan segera Shota menanyakan apa yang terjadi sebenarnya.

“Fukka, gw butuh penjelasan yang jelas sekarang! Lo pasti tau apa yang terjadi pada Hikaru.”

“Jitsu wa...”

Fukka menjelaskan semuanya kepada Shota, begitu juga otou-san yang menjelaskan pada Hikaru. Reaksi mereka sama, shock. Tapi caranya berbeda.

“O..otou-san seri..us?” tanya Hikaru dengan nada shock.

Otou-san hanya mengangguk karena sudah tidak bisa mengatakannya lagi.

“Kalo emang aku harus terapi dari sekarang, nggak papa kok. Aku bakal berusaha biar jadi lebih baik meski umurku nggak lama lagi.” kata Hikaru sambil mengeluarkan senyum pahit dari bibirnya.

Sementara itu di luar kamar...

“Fukka... lo nggak bohong kan?”

“Gw nggak bohong!”

“Sumpah! Gw masih nggak bisa percaya.” kata Shota sambil menahan rasa sakit di dadanya.

Shota pingsan seketika. Fukka mengangkatnya ke sofa dan membuatkan segelas koucha hangat. Menunggu Shota yang masih tidak sadarkan diri, Fukka mengipasinya agar Shota tidak kepanasan. Setengah jam kemudian, Shota pun sadar dari pingsannya.

“Fukka...” panggil Shota yang masih diambang antara sadar dan tidak.

“Hai?”

“Gw masih hidup kan?”

“Iya lah! Tenangin diri dulu. Nih minum dulu.” kata Fukka sambil memberikan koucha yang masih hangat.

Shota meminumnya perlahan tapi langsung habis. Ia menunduk karena masih tidak mempercayai masalah penyakit Hikaru. Menyembunyikan tangisannya dari Fukka juga sih sebenernya. Melihat ada yang aneh dari kembarannya, Fukka pun memeluk Shota.

“Nangis aja. Kupinjamkan bahuku.”

“Kenapa lo masih bisa sesabar itu?”

“Karena gw tau ini duluan. Papa yang ngasih tau tadi di kantornya.”

“Terus lo nerima begitu aja? Nggak punya hati banget sih lo!”

“Bukannya gitu. Lo tadi kan pulang duluan dan gw yang disuruh ke kantornya papa. Aku liat secara langsung hasil tesnya dan dia positif leukimia.”

Shota diam. Dia tidak mau mengeluarkan satu kata pun saat itu. Atmosfir menjadi tidak sebagus yang tadi. Fukka mengajak Shota makan dan untungnya ia masih punya selera untuk makan. Mereka pun beristirahat di kamarnya.

“Kalian bertiga besok nggak usah masuk ya. Tenangin diri dulu sekalian istirahat.” kata otou-san.

Mereka hanya mengangguk lalu tidur. Otou-san mematikan lampu kamar mereka seperti saat mereka masih kecil dulu.

***

Hari berganti hari, akhirnya suasana kelas yang awalnya tidak begitu menyenangkan sudah lebih baik. Hasshi dan Mizuki sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan baru mereka. Hutang-hutang Sakuma juga akhirnya sudah dilunasi oleh keluarga Mizuki. Hasshi akhirnya pindah ke apartemen yang sama dengan Risa dan Sakuma.
Mulai hari ini, Fukka, Shota, dan Hikaru bisa masuk sekolah bersama-sama. Biasanya yang masuk kalo nggak Fukka doang ya Shota doang. Hikaru istirahat terus di rumah. Tapi setelah kuat untuk ke sekolah, akhirnya dia diizinkan untuk pergi ke sekolah.

“Hikaru-kun, ohayou!” sapa Katokan.

“Ohayou, Katokan!” balas Hikaru.

“Udah sehat? Seminggu nggak masuk bikin khawatir satu kelas!”

“Hahahahahaha! Gomen!”

“Terima buku dari kami kan?”

“Terima kok. Makasih banyak ya!”

“Sama-sama!”

Mereka bertiga memasuki kelas secara bersamaan dan disambut oleh teman-teman sekelasnya. Tetapi, Risa, Mizuki, Hasshi, Abe, dan Sakuma tetap duduk di belakang. Hikaru menyapa mereka tetapi mereka tetap mengacuhkannya. Ia hanya menggigit bibir sambil duduk di bangkunya.

“Daijoubu. Mereka cuma iri sama lo.” kata Shota.

“Nggak juga ah kayaknya.”

Shota hanya diam dan kembali duduk di bangkunya. Kalah gw! Pikir Shota dalam hatinya. Tapi Shota tidak akan menyerah melakukan niat terakhirnya untuk Risa. Meski sekarang Risa sudah tidak sedekat dengan mereka seperti dulu, tapi Shota masih belum puas dengan keadaan yang sekarang.

***

Meski sudah diberi tugas oleh guru yang tidak hadir, mereka tetap saja lebih memilih untuk mengobrol dan bermain daripada mengerjakannya. Risa yang biasanya mengerjakan pas udah mau dikumpulin tumben-tumbenan rajin udah selesai ngerjain. Begitu juga dengan Hikaru yang langsung tidur di kelas.

“Ryohei, bisa ngobrol sebentar?” tanya Risa dengan nada yang berbeda dari biasanya kalo di sekolah.

“Ee yo, neechan. Nande?”

“Rika mo dateng ke flat kita.”

“BOHONG!”

“Nggak bohong gw!”

“Ngapain dia ke situ?”

“Katanya sih dia lagi agak nggak betah gitu di rumah. Soalnya papa sama mama jarang di rumah. Kesepian gitu deh.”

“Oh. Ya udah. Tapi di kamar kakak ya!”

“Iyalah! Emang mo dimana lagi?” tanya Risa sambil menjitak Ryohei.

“Itte!” seru Ryohei.

“Segitu doang sakit?”

“Nggak kok. Cuma refleks aja.”

“Tapi, gw nggak punya duit buat makan bertiga!”

“Ntar patungan aja kalo gitu. Rika tabungannya banyak ini kan?”

“Iya juga ya. Hhhhhh... ya udah deh kalo gitu. Ntar pulangnya mo bareng atau lo duluan?”

“Aku duluan deh. Mo beresin kamar.”

“Gaya lo!”

Rika adalah adik Risa dan Ryohei yang paling kecil. Masih kelas 6 SD. Perbedaan umur di antara mereka memang sedikit maka dari itulah mereka sangat kompak. Apalagi Risa dan Rika yang sering melakukan hal yang mereka senangi bersama-sama.
Risa pun kembali ke tempat duduknya dan mulai iseng-iseng menulis di bukunya. Shota memutar badannya untuk mencoba berbicara pada Risa.

“Tulisanmu bagus ya.” kata Shota setengah memuji setengah mengejek.

“Lo nyindir?” tanya Risa dengan mata yang masih tertuju pada bukunya.

“Nggak juga.”

Risa menutup bukunya. “Sekalian aja lo nggak usah ngomong sama gw!” bentak Risa, “ntar ada yang marah.”

“Ha?”

“Lo bego atau tolol sih?”

“Nggak dua-duanya.”

“Kalo nggak dua-duanya, berarti lo ngerti apa yang gw bilang.”

“Sori, gw masih belom ngerti apa yang lo maksud.”

Risa menuliskan kata “AHO!” dengan huruf yang diperbesar di sebuah kertas lalu diberikan ke Shota. Shota pun menjadi geram dan membulatkan tekadnya untuk membully Risa. Akhirnya, Shota pun mengajak Fukka ke rooftop membicarakan strateginya.

“Gw nggak ikutan ya.”

“Ah, Fukka! Kenapa nggak mau? Kan asik!”

“Yang ada bukannya gw baikan sama dia, tapi malah menambah konflik.”

“Sampe sekarang lo nggak ngomong apa-apa sama dia?”

“Dia jawabnya irit banget. Lebih sering diem.”

“Lo masih nyalahin gw?”

“Nggak sih. Itu salah gw. Gw yang harus bertanggung jawab.”

“Sebenernya gw nggak bisa maksain juga.”

“Eh?”

“Itu terserah lo juga. Kalo pun gw melakukannya sendiri, Risa pasti juga marah sama lo.”

“Kenapa gitu?”

“Entahlah.” kata Shota menghentikan perkataannya sebentar, “Cuma firasat gw aja. Sebenernya, gw pengen lo sama Risa pacaran. Tapi, itu semua hancur gara-gara gw sama Hikaru yah...”

Fukka diam sebentar, lalu memeluk Shota erat-erat. Tapi, Shota malah melepas pelukan dari kakak kembarnya itu.

“Udahlah. Gw tau lo masih sayang banget sama Risa, dan lo juga sayang banget sama kita. Jadi, gw nggak akan maksa lo untuk bantuin gw. Gw bisa sendiri.”

Fukka mengangguk tanda setuju. Karena sudah mulai bel Istirahat, mereka pun kembali ke kelas untuk makan bekal. Ternyata, hari ini memang tidak ada makanan dari sekolah. Beruntunglah bagi yang membawa bekal dan lagi bawa duit karena bisa jajan di kafetaria.

“Fukka, Shota, ayo sini!” sahut Sanada, “makan bareng yuk!”

Mereka langsung berjalan ke mejanya Hikaru dan makan bersama di situ. Begitu juga dengan Risa dkk, mereka juga makan bentou bersama sambil gosip. Karena kelas terlalu ramai jadi banyak yang nggak denger.

“Risa, sebenernya lo tuh masih sayang nggak sih sama Fukka?” tanya Mizuki.

“Masih.” jawab Risa, “tapi marah juga.” lanjutnya.

“Kenapa?” tanya Marina.

“Lagian dia belom minta maaf.”

“Elonya yang pasang tampang terlalu dingin kali!” kata Asuka.

“Habis bete sih!” kata Risa yang suaranya toa banget.

“Kecilin volumenya, Risa!” kata Haruna.

“Biarin. Dia denger juga nggak papa.” kata Risa cuek, “Ngomong-ngomong, lo masih semangat ngejar Ryohei nggak, Haruna?”

“Masih. Tapi susah ya.”

“Kayaknya dia lagi suka sama seseorang.” kata Risa dengan santainya.

Teman-temannya hening sementara Risa dengan cueknya makan.

“AAAPAAAAAAAAAAA??????????!!!!!!!!!!” seru mereka semua yang langsung menghebohkan suasana kelas.

“Eh, serius lo? Masa sih?” tanya Mika.

“Kalo dia suka, berarti tuh cewek perfect bener ya...” kata Haruna.

“Nggak tau. Pokoknya waktu itu dia bilang ke gw kalo dia lagi suka sama seseorang.” kata Risa.

“Lo tau?” tanya Mizuki.

“Nggak.”

-hening-

“Yah, kok lo nggak tau sih!” kata mereka berbarengan.

“Nggak seru ah, Risa.” kata Asuka.

“Ya kalo gw emang nggak tau jangan dipaksa dong!”

Akhirnya mereka pun mengganti topik sampai istirahat selesai. Mereka mulai merapikan kembali kursi yang dibawa ke sebelah meja Risa. Begitu juga dengan yang cowok, mereka merapikan bangku yang dibawa untuk makan bersama di mejanya Hikaru. Ryo-sensei yang baik hati datang mengajar IPA. Seperti biasa yang selalu dilakukan oleh guru-guru saat masuk kelas adalah mengabsen murid-murid yang ada di kelas.

“Hikaru-kun, hisashiburi!” sapa Ryo-sensei saat mengabsen Hikaru.

“Hisashiburi.” balas Hikaru sambil tersenyum.

“Masih sakit?”

“Yah, udah lumayan sih.”

Ryo-sensei pun melanjutkan absennya, setelah itu memulai pelajaran tentang rangka tubuh manusia.

***

Bel pulang berbunyi, semuanya pun pulang atau ikut kegiatan club. Ryohei langsung melesat pulang ke rumah, Fukka dan Shota mengantarkan Hikaru ke rumah sakit untuk pengobatan penyakitnya, sementara Risa dkk menyibukkan diri dalam kegiatan club masing-masing.

Di flatnya Risa dan Ryohei, Ryohei membereskan flatnya sebelum Rika datang untuk tinggal bersama dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama dan tidak terlalu cepat. Yang penting kalo papa dan mama sudah bisa bersama lagi, mereka semua akan pulang ke rumah semula.

“Ting Tong!” suara bel berbunyi tanda ada seseorang yang masuk.

“Haaaiiii!” seru Ryohei dari dalam.

Saat pintu dibuka, terlihat sosok anak SD dengan umur berkisar 12 tahun, dengan tas ransel merah di punggungnya dan beberapa tas tambahan.

“Oniichan!” seru anak kecil itu sambil memeluk Ryohei.

“Rika-chan! Ohisashiburi!”

“Ohisashiburi, oniichan!” kata Rika dengan mata berbinar.

Ryohei membantu Rika membawakan tas-tas bawaannya yang cukup besar itu dari mobil. Ryohei membuatkan minum sebentar.

“Emang kapan mama sama papa balik?” tanya Ryohei.

“Nggak tau. Abis mereka jarang ngehubungin lagi.”

“Sama kamu aja jarang, gimana sama kami?”

Mereka berdua diam...

“Ne, neechan wa?”

“Sibuk sama clubnya. Maklum dia ketua club kesehatan.”

“Sou ka.”

Tidak lama kemudian, Risa sampai di rumah.

“Rika-chan!” seru Risa yang langsung berlari masuk ke dalam.

“Neechan!” kata Rika yang langsung memeluk Risa.

“Kok nggak disiapin makanan sih?”

“Kan niichan nggak bisa masak. Hehehehehehehehehehe!”

“Sialan lu!” sahut Ryohei.

“Ya udah. Kalo gitu, neechan siapin makan dulu. Kamar Rika barengan sama neechan ya.” jelas Risa.

“Ryokai!” kata Rika dengan penuh semangat, “niichan, udah naro tasnya?”

“Dari tadi kali!!!”

Ryohei dan Rika pun kembali berantem nggak jelas, sementara Risa membuatkan makan malam untuk bertiga. Ryohei pun membawa Rika ke kamar kakaknya agar bisa lebih tenang.

“Sama kaya di rumah kamarnya. Biru semua!” kata Rika.

“Nggak mungkin pink lah! Emang elu?” kata Ryohei sambil bercanda kepada adiknya itu.

“Ih, niichan!” seru Rika sambil memukul Ryohei, “aku kan nggak suka pink!”

“Lah itu baju lo pink! Hahahahahahahahaha!”

Ryohei mengatakan sambil keluar kamar dan berjalan menuju ruang makan.

“Neechan, cepetan masaknya!” seru Ryohei.

“Bawel bener sih! Kalo temen sekelas tau kamu sebawel ini apa jadinya ya?”

“Nggak tau deh! Palingan juga nggak ada yang peduli.”

“Ikki peduli kok.”

Muka Ryohei memerah.

“Ah... kalo dia sih, semuanya peduli.” jawab Ryohei tergagap.

Risa yang sedang menyiapkan makanan hanya tersenyum mendengar penjelasan adik laki-lakinya ini.

to be continue :D