Kamis, 13 Agustus 2009

When We Lost Someone Important - chapter 5

Title: When We Lost Someone Important
Author: zeroxasuzaku aka Dhanee
Rating: PG
Genre: angst , school life, human drama
warning: agak mengandung kekerasan , dan kayaknya bakal ada shonen-ainya tuh. wkwkwkwkwk
disclaimer: yang cowo jonis, yang cewe yang bikin dan yang mau dijadiin karakter di sini :)

Fukka dan bapaknya pulang bersama berhubung Fukka sempat kambuh penyakitnya. Di rumah mereka sendiri, hanya Shota dan Hikaru yang ada. Okada-sensei sudah pulang karena ada shift di rumah sakit. Shota menggantikan baju Hikaru dari seragam menjadi piyama dan membuatkan makan malam untuk bertiga. Hikaru dibuatkan bubur polos.

“Kok pada belom pulang ya? Hachuu!” gumam Shota yang dilanjutkan dengan bersin, “Ada yang ngomongin gw ya? Aneh banget kalo gw bersin di saat seperti ini.”

Shota mengambil tissue yang ada di dekatnya dan mulai membuang ingusnya yang mulai meler. Untunglah masaknya udah selesai. Jadi ia bisa konsentrasi dirinya sendiri.

“Tadaima!” seru otou-san.

“Okaeri, otousan! Fukka-kun mo!”

Fukka hanya diam dan mempercepat langkahnya menuju kamar. Ia merasa hari ini adalah hari yang paling sial baginya. Karena hari ini ia harus menerima 2 kenyataan pahit dalam hidupnya secara bersamaan dalam 1 hari. Saat masuk ke kamar, ia melihat Hikaru yang tergolek lemah di kasur dan mulai mengeluarkan air matanya saat berada tepat di sebelah Hikaru untuk menggantikan kompresnya. Hikaru bisa merasakan bahwa Fukka menangis saat itu.

“Nande Fukka naiteru no?” tanya Hikaru yang merasakan keberadan Fukka di dekatnya.

“Nandemonee.” jawab Fukka sambil menyeka air matanya dan mulai melepas seragamnya.

“Gomen ne! Yang masalah Risa tadi.”

“Ee yo!”

“Gara-gara aku, kamu jadi gini sekarang.”

“Mou ee dakara sa! Kamu nggak salah apa-apa.” kata Fukka sambil ganti baju, “ini salahku. Aku yang harus nanggung itu semuanya.”

Otou-san datang menjenguk Hikaru.

“Gimana kabarnya?”

“Udah lebih baik kok, Otou-san! Cuma masih pusing banget.”

“Sou ka.”

“Tes darahnya udah keluar hasilnya?”

Otou-san memberikan sinyal kepada Fukka agar dia keluar dari kamarnya karena otou-san butuh pembicaraan yang bersifat pribadi khusus otou-san dan Hikaru meski Fukka sudah mengetahui semuanya.

“Ban gohan tabemasu ka?” tanya Shota tepat saat Fukka keluar dari kamar.

“Zen zen.”

“Otou-san wa?”

“Udah jangan di sini.” kata Fukka sambil merangkul bahu Shota untuk menjauh dari kamar, “mereka butuh privasi.”

Shota merasa ada yang disembunyikan dari Fukka masalah Hikaru. Dengan segera Shota menanyakan apa yang terjadi sebenarnya.

“Fukka, gw butuh penjelasan yang jelas sekarang! Lo pasti tau apa yang terjadi pada Hikaru.”

“Jitsu wa...”

Fukka menjelaskan semuanya kepada Shota, begitu juga otou-san yang menjelaskan pada Hikaru. Reaksi mereka sama, shock. Tapi caranya berbeda.

“O..otou-san seri..us?” tanya Hikaru dengan nada shock.

Otou-san hanya mengangguk karena sudah tidak bisa mengatakannya lagi.

“Kalo emang aku harus terapi dari sekarang, nggak papa kok. Aku bakal berusaha biar jadi lebih baik meski umurku nggak lama lagi.” kata Hikaru sambil mengeluarkan senyum pahit dari bibirnya.

Sementara itu di luar kamar...

“Fukka... lo nggak bohong kan?”

“Gw nggak bohong!”

“Sumpah! Gw masih nggak bisa percaya.” kata Shota sambil menahan rasa sakit di dadanya.

Shota pingsan seketika. Fukka mengangkatnya ke sofa dan membuatkan segelas koucha hangat. Menunggu Shota yang masih tidak sadarkan diri, Fukka mengipasinya agar Shota tidak kepanasan. Setengah jam kemudian, Shota pun sadar dari pingsannya.

“Fukka...” panggil Shota yang masih diambang antara sadar dan tidak.

“Hai?”

“Gw masih hidup kan?”

“Iya lah! Tenangin diri dulu. Nih minum dulu.” kata Fukka sambil memberikan koucha yang masih hangat.

Shota meminumnya perlahan tapi langsung habis. Ia menunduk karena masih tidak mempercayai masalah penyakit Hikaru. Menyembunyikan tangisannya dari Fukka juga sih sebenernya. Melihat ada yang aneh dari kembarannya, Fukka pun memeluk Shota.

“Nangis aja. Kupinjamkan bahuku.”

“Kenapa lo masih bisa sesabar itu?”

“Karena gw tau ini duluan. Papa yang ngasih tau tadi di kantornya.”

“Terus lo nerima begitu aja? Nggak punya hati banget sih lo!”

“Bukannya gitu. Lo tadi kan pulang duluan dan gw yang disuruh ke kantornya papa. Aku liat secara langsung hasil tesnya dan dia positif leukimia.”

Shota diam. Dia tidak mau mengeluarkan satu kata pun saat itu. Atmosfir menjadi tidak sebagus yang tadi. Fukka mengajak Shota makan dan untungnya ia masih punya selera untuk makan. Mereka pun beristirahat di kamarnya.

“Kalian bertiga besok nggak usah masuk ya. Tenangin diri dulu sekalian istirahat.” kata otou-san.

Mereka hanya mengangguk lalu tidur. Otou-san mematikan lampu kamar mereka seperti saat mereka masih kecil dulu.

***

Hari berganti hari, akhirnya suasana kelas yang awalnya tidak begitu menyenangkan sudah lebih baik. Hasshi dan Mizuki sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan baru mereka. Hutang-hutang Sakuma juga akhirnya sudah dilunasi oleh keluarga Mizuki. Hasshi akhirnya pindah ke apartemen yang sama dengan Risa dan Sakuma.
Mulai hari ini, Fukka, Shota, dan Hikaru bisa masuk sekolah bersama-sama. Biasanya yang masuk kalo nggak Fukka doang ya Shota doang. Hikaru istirahat terus di rumah. Tapi setelah kuat untuk ke sekolah, akhirnya dia diizinkan untuk pergi ke sekolah.

“Hikaru-kun, ohayou!” sapa Katokan.

“Ohayou, Katokan!” balas Hikaru.

“Udah sehat? Seminggu nggak masuk bikin khawatir satu kelas!”

“Hahahahahaha! Gomen!”

“Terima buku dari kami kan?”

“Terima kok. Makasih banyak ya!”

“Sama-sama!”

Mereka bertiga memasuki kelas secara bersamaan dan disambut oleh teman-teman sekelasnya. Tetapi, Risa, Mizuki, Hasshi, Abe, dan Sakuma tetap duduk di belakang. Hikaru menyapa mereka tetapi mereka tetap mengacuhkannya. Ia hanya menggigit bibir sambil duduk di bangkunya.

“Daijoubu. Mereka cuma iri sama lo.” kata Shota.

“Nggak juga ah kayaknya.”

Shota hanya diam dan kembali duduk di bangkunya. Kalah gw! Pikir Shota dalam hatinya. Tapi Shota tidak akan menyerah melakukan niat terakhirnya untuk Risa. Meski sekarang Risa sudah tidak sedekat dengan mereka seperti dulu, tapi Shota masih belum puas dengan keadaan yang sekarang.

***

Meski sudah diberi tugas oleh guru yang tidak hadir, mereka tetap saja lebih memilih untuk mengobrol dan bermain daripada mengerjakannya. Risa yang biasanya mengerjakan pas udah mau dikumpulin tumben-tumbenan rajin udah selesai ngerjain. Begitu juga dengan Hikaru yang langsung tidur di kelas.

“Ryohei, bisa ngobrol sebentar?” tanya Risa dengan nada yang berbeda dari biasanya kalo di sekolah.

“Ee yo, neechan. Nande?”

“Rika mo dateng ke flat kita.”

“BOHONG!”

“Nggak bohong gw!”

“Ngapain dia ke situ?”

“Katanya sih dia lagi agak nggak betah gitu di rumah. Soalnya papa sama mama jarang di rumah. Kesepian gitu deh.”

“Oh. Ya udah. Tapi di kamar kakak ya!”

“Iyalah! Emang mo dimana lagi?” tanya Risa sambil menjitak Ryohei.

“Itte!” seru Ryohei.

“Segitu doang sakit?”

“Nggak kok. Cuma refleks aja.”

“Tapi, gw nggak punya duit buat makan bertiga!”

“Ntar patungan aja kalo gitu. Rika tabungannya banyak ini kan?”

“Iya juga ya. Hhhhhh... ya udah deh kalo gitu. Ntar pulangnya mo bareng atau lo duluan?”

“Aku duluan deh. Mo beresin kamar.”

“Gaya lo!”

Rika adalah adik Risa dan Ryohei yang paling kecil. Masih kelas 6 SD. Perbedaan umur di antara mereka memang sedikit maka dari itulah mereka sangat kompak. Apalagi Risa dan Rika yang sering melakukan hal yang mereka senangi bersama-sama.
Risa pun kembali ke tempat duduknya dan mulai iseng-iseng menulis di bukunya. Shota memutar badannya untuk mencoba berbicara pada Risa.

“Tulisanmu bagus ya.” kata Shota setengah memuji setengah mengejek.

“Lo nyindir?” tanya Risa dengan mata yang masih tertuju pada bukunya.

“Nggak juga.”

Risa menutup bukunya. “Sekalian aja lo nggak usah ngomong sama gw!” bentak Risa, “ntar ada yang marah.”

“Ha?”

“Lo bego atau tolol sih?”

“Nggak dua-duanya.”

“Kalo nggak dua-duanya, berarti lo ngerti apa yang gw bilang.”

“Sori, gw masih belom ngerti apa yang lo maksud.”

Risa menuliskan kata “AHO!” dengan huruf yang diperbesar di sebuah kertas lalu diberikan ke Shota. Shota pun menjadi geram dan membulatkan tekadnya untuk membully Risa. Akhirnya, Shota pun mengajak Fukka ke rooftop membicarakan strateginya.

“Gw nggak ikutan ya.”

“Ah, Fukka! Kenapa nggak mau? Kan asik!”

“Yang ada bukannya gw baikan sama dia, tapi malah menambah konflik.”

“Sampe sekarang lo nggak ngomong apa-apa sama dia?”

“Dia jawabnya irit banget. Lebih sering diem.”

“Lo masih nyalahin gw?”

“Nggak sih. Itu salah gw. Gw yang harus bertanggung jawab.”

“Sebenernya gw nggak bisa maksain juga.”

“Eh?”

“Itu terserah lo juga. Kalo pun gw melakukannya sendiri, Risa pasti juga marah sama lo.”

“Kenapa gitu?”

“Entahlah.” kata Shota menghentikan perkataannya sebentar, “Cuma firasat gw aja. Sebenernya, gw pengen lo sama Risa pacaran. Tapi, itu semua hancur gara-gara gw sama Hikaru yah...”

Fukka diam sebentar, lalu memeluk Shota erat-erat. Tapi, Shota malah melepas pelukan dari kakak kembarnya itu.

“Udahlah. Gw tau lo masih sayang banget sama Risa, dan lo juga sayang banget sama kita. Jadi, gw nggak akan maksa lo untuk bantuin gw. Gw bisa sendiri.”

Fukka mengangguk tanda setuju. Karena sudah mulai bel Istirahat, mereka pun kembali ke kelas untuk makan bekal. Ternyata, hari ini memang tidak ada makanan dari sekolah. Beruntunglah bagi yang membawa bekal dan lagi bawa duit karena bisa jajan di kafetaria.

“Fukka, Shota, ayo sini!” sahut Sanada, “makan bareng yuk!”

Mereka langsung berjalan ke mejanya Hikaru dan makan bersama di situ. Begitu juga dengan Risa dkk, mereka juga makan bentou bersama sambil gosip. Karena kelas terlalu ramai jadi banyak yang nggak denger.

“Risa, sebenernya lo tuh masih sayang nggak sih sama Fukka?” tanya Mizuki.

“Masih.” jawab Risa, “tapi marah juga.” lanjutnya.

“Kenapa?” tanya Marina.

“Lagian dia belom minta maaf.”

“Elonya yang pasang tampang terlalu dingin kali!” kata Asuka.

“Habis bete sih!” kata Risa yang suaranya toa banget.

“Kecilin volumenya, Risa!” kata Haruna.

“Biarin. Dia denger juga nggak papa.” kata Risa cuek, “Ngomong-ngomong, lo masih semangat ngejar Ryohei nggak, Haruna?”

“Masih. Tapi susah ya.”

“Kayaknya dia lagi suka sama seseorang.” kata Risa dengan santainya.

Teman-temannya hening sementara Risa dengan cueknya makan.

“AAAPAAAAAAAAAAA??????????!!!!!!!!!!” seru mereka semua yang langsung menghebohkan suasana kelas.

“Eh, serius lo? Masa sih?” tanya Mika.

“Kalo dia suka, berarti tuh cewek perfect bener ya...” kata Haruna.

“Nggak tau. Pokoknya waktu itu dia bilang ke gw kalo dia lagi suka sama seseorang.” kata Risa.

“Lo tau?” tanya Mizuki.

“Nggak.”

-hening-

“Yah, kok lo nggak tau sih!” kata mereka berbarengan.

“Nggak seru ah, Risa.” kata Asuka.

“Ya kalo gw emang nggak tau jangan dipaksa dong!”

Akhirnya mereka pun mengganti topik sampai istirahat selesai. Mereka mulai merapikan kembali kursi yang dibawa ke sebelah meja Risa. Begitu juga dengan yang cowok, mereka merapikan bangku yang dibawa untuk makan bersama di mejanya Hikaru. Ryo-sensei yang baik hati datang mengajar IPA. Seperti biasa yang selalu dilakukan oleh guru-guru saat masuk kelas adalah mengabsen murid-murid yang ada di kelas.

“Hikaru-kun, hisashiburi!” sapa Ryo-sensei saat mengabsen Hikaru.

“Hisashiburi.” balas Hikaru sambil tersenyum.

“Masih sakit?”

“Yah, udah lumayan sih.”

Ryo-sensei pun melanjutkan absennya, setelah itu memulai pelajaran tentang rangka tubuh manusia.

***

Bel pulang berbunyi, semuanya pun pulang atau ikut kegiatan club. Ryohei langsung melesat pulang ke rumah, Fukka dan Shota mengantarkan Hikaru ke rumah sakit untuk pengobatan penyakitnya, sementara Risa dkk menyibukkan diri dalam kegiatan club masing-masing.

Di flatnya Risa dan Ryohei, Ryohei membereskan flatnya sebelum Rika datang untuk tinggal bersama dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama dan tidak terlalu cepat. Yang penting kalo papa dan mama sudah bisa bersama lagi, mereka semua akan pulang ke rumah semula.

“Ting Tong!” suara bel berbunyi tanda ada seseorang yang masuk.

“Haaaiiii!” seru Ryohei dari dalam.

Saat pintu dibuka, terlihat sosok anak SD dengan umur berkisar 12 tahun, dengan tas ransel merah di punggungnya dan beberapa tas tambahan.

“Oniichan!” seru anak kecil itu sambil memeluk Ryohei.

“Rika-chan! Ohisashiburi!”

“Ohisashiburi, oniichan!” kata Rika dengan mata berbinar.

Ryohei membantu Rika membawakan tas-tas bawaannya yang cukup besar itu dari mobil. Ryohei membuatkan minum sebentar.

“Emang kapan mama sama papa balik?” tanya Ryohei.

“Nggak tau. Abis mereka jarang ngehubungin lagi.”

“Sama kamu aja jarang, gimana sama kami?”

Mereka berdua diam...

“Ne, neechan wa?”

“Sibuk sama clubnya. Maklum dia ketua club kesehatan.”

“Sou ka.”

Tidak lama kemudian, Risa sampai di rumah.

“Rika-chan!” seru Risa yang langsung berlari masuk ke dalam.

“Neechan!” kata Rika yang langsung memeluk Risa.

“Kok nggak disiapin makanan sih?”

“Kan niichan nggak bisa masak. Hehehehehehehehehehe!”

“Sialan lu!” sahut Ryohei.

“Ya udah. Kalo gitu, neechan siapin makan dulu. Kamar Rika barengan sama neechan ya.” jelas Risa.

“Ryokai!” kata Rika dengan penuh semangat, “niichan, udah naro tasnya?”

“Dari tadi kali!!!”

Ryohei dan Rika pun kembali berantem nggak jelas, sementara Risa membuatkan makan malam untuk bertiga. Ryohei pun membawa Rika ke kamar kakaknya agar bisa lebih tenang.

“Sama kaya di rumah kamarnya. Biru semua!” kata Rika.

“Nggak mungkin pink lah! Emang elu?” kata Ryohei sambil bercanda kepada adiknya itu.

“Ih, niichan!” seru Rika sambil memukul Ryohei, “aku kan nggak suka pink!”

“Lah itu baju lo pink! Hahahahahahahahaha!”

Ryohei mengatakan sambil keluar kamar dan berjalan menuju ruang makan.

“Neechan, cepetan masaknya!” seru Ryohei.

“Bawel bener sih! Kalo temen sekelas tau kamu sebawel ini apa jadinya ya?”

“Nggak tau deh! Palingan juga nggak ada yang peduli.”

“Ikki peduli kok.”

Muka Ryohei memerah.

“Ah... kalo dia sih, semuanya peduli.” jawab Ryohei tergagap.

Risa yang sedang menyiapkan makanan hanya tersenyum mendengar penjelasan adik laki-lakinya ini.

to be continue :D

2 komentar:

Zara Nurnazmi mengatakan...

aduh fukka disana baek bgt..
makin sukaa *ditendang dhanee*

adduh shota butuh pelukan?
sini sama gue *nyenderin bahu*
wakakak

wakak watir si hikaru dicuekin
sabar ya nak *tepok2 punggung hikaru*

wasdooow si shota jail bgt ye?
bully in cewe
kasian tuh si risa
wakaka mending bully gw aja kalo sama fukka LOLOLOL *ditendang dhanee part 2*

aduuh abe sama rika kok kayak org pacaran aje ye? bukan ade kka LOLOLOLOL brother complex wkwkwk

nice fic
lanjutin dhan..

Zara Nurnazmi mengatakan...

aduh fukka disana baek bgt..
makin sukaa *ditendang dhanee*

adduh shota butuh pelukan?
sini sama gue *nyenderin bahu*
wakakak

wakak watir si hikaru dicuekin
sabar ya nak *tepok2 punggung hikaru*

wasdooow si shota jail bgt ye?
bully in cewe
kasian tuh si risa
wakaka mending bully gw aja kalo sama fukka LOLOLOL *ditendang dhanee part 2*

aduuh abe sama rika kok kayak org pacaran aje ye? bukan ade kka LOLOLOLOL brother complex wkwkwk

nice fic
lanjutin dhan..