Title: When We Lost Someone Important
Author: zeroxasuzaku aka Dhanee
Rating: PG
Genre: angst, school life, human drama
warning: agak mengandung kekerasan *mungkin*, dan kayaknya bakal ada shonen-ainya tuh. wkwkwkwkwk
disclaimer: yang cowo jonis, yang cewe yang bikin dan yang mau dijadiin karakter di sini :)
Pulang sekolah, saat semuanya sedang berjalan menuju loker sepatu, Risa dengan sengaja menabrak Hikaru sambil memukulnya dengan keras tapi mukanya biasa aja.
“Oi! Nani atten darou?!” bentak Hikaru.
“Ups! Sori! Sengaja!” jawab Risa yang dengan santainya menuju loker sepatunya.
Hikaru memunculkan wajah geram.
“Ii yo.” kata Shota, “kita bales aja nanti.”
“Sekalian sama adeknya.” kata Fukka.
“Lah? Bukannya lo suka sama Risa?” tanya Sanada.
“Kalo buat adek gw, apa aja pasti gw lakuin.” jawab Fukka sambil tersenyum, “kaerou!”
“Un.” kata Shota dan Hikaru bersamaan, “mata ashita!”
Tidak jauh dari sekolahan.
“OI!!! FUKKA, SHOTA, HIKARU!!” teriak seseorang memanggil nama mereka.
Mereka bertiga bingung dan mencari suara itu berada.
“WOOIII!!! MASA LUPA SIH?!” teriak yang satunya lagi.
Orang-orang yang memanggil mereka memberi tanda dengan melambaikan tangannya.
“Shoon-nii! Reon-nii!” seru Fukka yang langsung berlari menghampiri mereka diikuti oleh Shota dan Hikaru.
Mereka berlima membentuk group hugs kayak teletubbies. Dilanjutkan ke flat Shoon dan Reon.
“Niichan tachi sekarang tinggal sendiri?” tanya Shota.
“Mama sibuk keluar negeri terus. Jadi kita disuruh hidup mandiri. Lagian juga ternyata tetangga-tetangga flat sini juga anak-anak sekolahan yang udah ditinggal kerja sama bapak dan ibunya.” jawab Reon.
“Udah berapa lama kakak di sini? Kita baru pertama kali dateng yah padahal.” kata Fukka.
“Sekitar setahun lah. Oh iya, di sini banyak temen-temen kalian lho.” kata Shoon.
“Sou ka. Kakak kenal semuanya?” tanya Hikaru.
“Nggak semuanya sih. Tapi yah paling Cuma tetangga-tetangga sebelah doang.” jawab Reon, “aku ke konbini bentar ya beli cemilan. Kalian di sini aja sama kakak tua”
Si kembar tiga hanya tertawa. Saat Reon keluar dari apartement, mereka berempat langsung tidur-tiduran di lantai. Bersenda gurau bersama-sama, ngobrolin cewek, sampe ngobrolin sekolah.
“Hmm, jadi kalian trouble maker kelas yah?”
“Bisa dibilang sih gitu. Tapi beda caranya juga sih.” jawab Shota.
“Kayak apa tuh bedanya?”
“Kalo Fukka bully-nya pake tindakan, tapi ga pake fisik. Kalo Shota bully-nya pake kata-kata.” jelas Hikaru.
“Kalo Hikaru 100% fisik!” jelas Fukka.
“Heee, serem banget! Nggak ketahuan gitu sama guru?”
“Sampe sekarang sih belom, kak!” kata Hikaru
“Jangan sampe deh!” kata Fukka.
“Reon-nii lama banget sih. Sambil ngapain sampe lama kayak gini?” keluh Shota.
“Paling ngobrol dulu ama tetangga-tetangga sebelah. Itu biasa kali.”
***
Sementara itu di konbini, Reon bertemu Risa yang baru saja pulang dari sekolah.
“Loh? Risa baru pulang?”
“Iya, Kak. Tadi ada club dulu. Hehe!”
“Temenmu yang sering deketin Shoon itu nggak maen-maen lagi?”
“Katanya dia udah disuruh pulang. Jadi ya ga bisa main.” jawab Risa yang melihat belanjaan Reon, “ada tamu ya?”
“Iya, adek-adekku pada maen. Kamu tau sendiri lah.”
Rika hanya membulatkan mulutnya membentuk huruf O.
“Kak, aku duluan ya. Kasian adekku udah nungguin. Jyaa ne!” Rika langsung pergi menuju kasir dan membayar.
Risa berjalan menuju apartementnya. Ruangan apartemennya terletak di sebelah tempat si kembar Shoon dan Reon. Sedikit lagi sampai di tempat, dia harus berhadapan dengan Shota dahulu.
“Ngapain lo ke sini?” tanya Shota.
“Adanya gw yang nanya kayak gitu ke elu.”
“Jadi si Ryohei itu adek lo?”
“Kalo iya, kenapa? Udah lah, ga usah banyak ngemeng ah lu!”
“Heh! Apa-apaan lu? Pertanyaan gw belom selesai!”
“Udah malem gini harusnya lu pulang! Shitsureishimasu!”
Risa langsung meninggalkan Shota seketika.
“Dingin banget jadi orang.”
“Lu ngapain dia hah?” tanya Fukka yang tiba2 muncul di belakang Shota.
“Ngagetin aja lo! Gw Cuma pengen ngintrogasi Risa doang ga papa kan?”
“Introgasi dalam hal apa? Lu mo ngajak dia ribut?”
“Masalahnya, dia tu bisa balesnya. Dikasih sikap dia bales pake sikap, dikasih kata-kata dia pasti juga bales pake kata-kata, kalo pake fisik dia bales pake fisik. Kan gw juga bingung ngajakin ributnya gimana.”
“Liat aja besok.” Fukka langsung mengeluarkan senyum liciknya.
“Kenapa besok?”
“Liat aja!”
Shota kembali masuk dan akan menutup pintunya.
“Woy! Tunggu dulu!” seru Reon yang berlari, “sori telat! Mo makan di sini sekalian?”
“Waaaa! Boleh!” Hikaru langsung melompat ke tempat dekat Reon.
“Kubikinin omuraisu yah.” kata Shoon.
“Un!” sahut mereka bertiga bersamaan.
Shoon dan Reon memasaknya bersama-sama. Fukka, Shota, dan Hikaru merencanakan apa yang akan dilakukan besok.
“Besok kita hajar aja tuh si Ryohei!” kata Hikaru.
“Oke. Kita susun strategi dulu.” kata Shota pelan-pelan, “Pertama, gimana caranya jangan sampe ketahuan Risa. Yang kedua, jangan sampe bikin salah satu cewek teriak kesakitan karena di situ Yuki (Nozawa) bakal ngebubarin kita. Kalo lebih parahnya lagi, bisa dilaporin guru. Yang ketiga, kalo Yuki sampe ngebubarin kita, dia korban kita selanjutnya.”
“Berarti korban kita jadi 2?” tanya Fukka.
“Bingo! Tapi, kalo kita mau ngebully dia, jangan sama Sanada. Yang ada bukannya kita yang ngebully Yuki, tapi kita yang kena getahnya.”
“Sebenernya sih gampang.” kata Hikaru, “Tiap istirahat kan si Sanada pasti pacaran kan? Kalo pacaran biasanya sih di rooftop.”
“Gw ada ide buat besok!” sahut Fukka.
Sayangnya, saat Fukka akan mengatakan idenya, kakak-kakaknya baru selesai memasak dan membawakan makanannya ke meja.
“Sori ye ganggu! Makanannya udah jadi.” kata Reon sambil menaruh sepiring omuraisu di meja makan.
“Uun. Nggak papa kok.” kata Fukka sok cool.
“Yey!!” Hikaru langsung mengambil satu dan siap memakannya.
“Jangan berceceran!” sahut Shota.
“Hai! Hai!”
“Shota kayak ibu-ibu lagi ngingetin anaknya yang kalo makan ga boleh berceceran deh. HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA!!!!” canda Shoon yang langsung disambut oleh gelak tawa Fukka dan Reon.
“Bener tuh! Kayak ibu-ibu banget. Kalo ada yang kotor ntar dibersihin.” kata Fukka.
“Usseee na!” kata Shota sambil menahan malu tapi mukanya udah merah.
***
“Ryohei, makan dulu yuk!” pinta Risa yang berada di depan kamar Abe.
“Ntar aja, Kak! Aku mau belajar dulu.” jawab Ryohei, “oh iya, Kak! Ntar bantuin aku pr Nihongo ya.”
“Sip!” kata Risa menyetujui permintaan adiknya, “tapi makan dulu. Ntar baru kubantuin.”
“Hai. Hari ini emang masak apa?”
“Kare.” jawab Risa singkat.
“Katsu Kare?” tanya Ryohei yang matanya langsung berbinar.
“Iya.” jawab Risa dengan singkat lagi, “kamu ga sakit kan?” Risa memegang dahi Ryohei.
“Agak pusing sih. Tadi nggak langsung ganti baju soalnya.”
“Ya udah besok bawa baju ganti.”
“Buat apa? Besok kan olahraga. Nggak mau ah bawa tas berat-berat!”
Risa hanya tertawa kecil sambil mencicipi masakannya.
“Ryohei, kamu ambil sendiri nasinya! Ntar kalo aku yang ngambil kamunya ngomel.”
Ryohei langsung mengambil piring yang biasa dia pakai untuk makan dan mengambil nasi di magic jar secukupnya.
“Nih.” Ryohei memberikan piringnya kepada kakaknya.
Risa menyiapkan makanan untuk Ryohei dan untuk dirinya sendiri.
“Umai!” seru Ryohei.
“Hontou da!” kata Risa, “tapi apa nggak terlalu mirip sama punya mama?”
“Lumayan sih. Tapi rasa karinya lebih terasa.”
“Sou ka.”
“Ne, neechan nggak usah jagain aku lagi. Harusnya aku yang jagain neechan. Masa cowok dibelain cewek sih?”
“Abis mo gimana? Kamu dibully aja Cuma diem. Nggak ada perlawanan. Mana ketangguhanmu sebagai seorang cowok?”
“Jadi cowok lemay kayak Fukka dibilang tangguh?”
“Nggak. Dia mah, dicolek dikit jatoh kali ye. Tapi kepintaran dia membuat strategi tuh keren banget!”
“Strategi apa? Ngebully?”
“Bukan lah!”
“Terus strategi apa?”
“Yah, gitu deh! Hehehe!” kata Risa sambil tertawa kecil.
-hening sebentar-
“Kak, rasanya jatuh cinta itu gimana sih?” tanya Ryohei malu-malu.
Risa melihat wajah Ryohei dengan wajah berbinar.
“Kamu naksir cewek? Siapa? Ami? Atau Haruna?” tanya Risa yang penasaran.
Ryohei hanya menggeleng.
“Kukira kamu lagi naksir.” kata Risa dengan nada kecewa.
“Jitsu wa…” Ryohei akhirnya mengeluarkan suaranya meskipun kecil.
“Jitsu wa nani?” Risa yang masih penasaran langsung duduk di sebelah Ryohei
“Ada orang yang aku suka.”
“HEEEEEE?!” seru Risa yang benar-benar terkejut. Akhirnya adiknya yang rada kuper ini ada yang ditaksir juga, “dare?”
“Himitsu da yo!” kata Ryohei yang sudah menyelesaikan makanannya dan langsung mencuci piring.
“Gimana caranya kamu suka sama dia?”
“Dia pernah nyelamatin aku.” kata Ryohei sambil membayangkan mukka Ikki saat itu sambil senyum-senyum sendiri.
“Akhirnya, Ryohei bisa suka-sukaan juga.” ucap Risa dalam hati.
Setelah selesai makan, Risa dan Ryohei pun belajar bersama. Mereka berdua saling bantu-membantu dalam mengerjakan soal, kecuali Bahasa Inggris. Risa meski menyukai bahasa tapi dia tidak terlalu suka Bahasa Inggris, karena Bahasa Inggris itu ribet banget baginya. Ryohei yang pintar di Matematika, selalu mengajarkan dengan rumus yang ribetnya minta ampun. Sementara Risa biasa mengajarkan bahasa dan pelajaran non eksakta dengan cara yang lebih mudah dari yang diajarkan oleh sensei.
***
Malam pun semakin larut, si kembar sudah harus pulang. Shoon dan Reon mengantar tetapi tidak sampai rumah. Untunglah mereka sampai dengan selamat. Masing-masing diberikan kunci rumah karena tiap jam sekolah rumah kosong.
“Tadaima!” sahut mereka bertiga saat masuk ke rumah.
Hening …
“Heeee, touchan belom pulang.” kata Fukka sambil melihat-lihat sekitar.
“Lembur lagi mungkin.” kata Shota yang mulai ke kamar diikuti oleh 2 saudaranya.
Tumben-tumbenan Hikaru jadi lebih pendiam dari biasanya. Biasanya, ada yang disembunyikan sama dia bila diam. Hmm, kira-kira apa ya yang disembunyikan?
“Doushitano, Hikaru-kun?” tanya Fukka.
“A, iya. Nandemonai.” jawab Hikaru sambil tersenyum.
“Kalo ada masalah, cerita-cerita ya. Jangan diumpetin.”
“Hai.”
Mereka ganti baju menjadi baju biasa dan mulai belajar. Fukka memperhatikan keadaan adik-adiknya saat itu. Tidak biasanya muka Hikaru memucat seperti itu.
“Hikaru-kun,” panggil Fukka, “kamu sakit?”
Shota langsung memegang dahi Hikaru.
“Anget.” sahut Shota.
“Nggak kok, aku nggak papa! Serius!” jawab Hikaru.
Fukka bergegas turun untuk mengambilkan obat.
“Ii yo, Fukka-kun! Ore daijoubu!”
“Istirahat yang bener kalo gitu.”
“Un.”
Tidak lama kemudian.
“Gw di tengah! Kemaren udah jadi korban jatoh.” kata Fukka dengan senyum liciknya.
“Iya, iya.” jawab Shota sambil menghembuskan nafas berat.
***
Keesokan harinya, Fukka datang lebih cepat untuk menaruh seekor kadal di loker sepatu Ryohei. Untunglah di sekolah masih sepi jadi tidak ada yang melihatnya. Nggak lama kemudian, Ryohei datang dan hendak menukar sepatunya yang dipakai menjadi sepatu dari sekolah. Saat mengeluarkan sepatu sekolahnya, Ryohei terkejut dengan kadal yang ada di loker sepatunya itu. Dari luar keliatannya santai, tapi aslinya dia bener-bener kaget.
“Ryohei, ohayou!” sapa Ami dengan senyum manisnya.
Ryohei hanya membalasnya dengan ojigi dan senyum kecil dari bibirnya. Malah bisa dibilang ga kayak senyum tapi cuma ngelebarin bibir sesenti doang. Risa yang sedang mengobrol dengan Asuka, Mika, dan Mizuki pun terhenti untuk sementara saat si kembar masuk ke kelas. Kebetulan tempat duduk Shota ada di depan Risa, Fukka di depan Mika, dan Hikaru di depan Asuka. Mereka tampak sedang mentertawakan sesuatu sembari berjalan ke tempat duduknya.
“Jadi kalian ya… yang masukin kadal ke loker sepatunya Ryohei?” tanya Risa dengan nada agak meninggi.
Fukka, Shota, dan Hikaru terdiam. Mereka bertiga berpikir, “Dari mana dia tau semua ini?”. Shota pun akhirnya angkat bicara.
“Lo pengen jadi korban kami juga? Oke, gw harap lo udah siap secara mental.” Shota mulai berdiri dari tempat duduknya dan menatap Risa dengan tatapan yang tajam.
“Lo kira gw takut sama kalian? Bisa apa sih selain ngebully?” Risa juga berdiri dari tempat duduk.
“Shota, yamero!” pinta Fukka dengan suara yang cukup lembut, ga semua orang bisa denger.
Shota hanya menggoyangkan lengannya yang dipegang Fukka agar ia melepaskan tangannya dan kembali duduk. Risa dan kawan-kawannya pun melanjutkan obrolannya sampai bel masuk berbunyi.
“Minna-san, ohayou gozaimasu!” sapa Inocchi-sensei.
“Ohayou gozaimasu!”
“Ne, hari ini kita kedatangan anak baru lagi.” kata Inocchi-sensei.
“Lagi?!” seru satu kelas.
Kelas mulai ribut tak beraturan. Ada yang nanya-nanya tentang si anak baru itu, ada yang ngobrol di luar topik anak baru, ada juga yang malah ngegosip masalah anak baru itu. Kebetulan Katou duduk di belakangnya Asuka jadi bisa sekalian gosip bareng-bareng.
“Anak barunya cowok ya?” tanya Mika.
“Harusnya. Soalnya bangku yang kosong tinggal bangku di belakang Mika. Itu kan bangku paling belakang, harusnya yang ngisi sih cowok. Tapi bisa aja nggak. Jujur aja tadi gw ga maen ke ruang guru sih.” jelas Katou panjang lebar.
“Tumben banget lo ga ke ruang guru. Hehehehehe!” kata Asuka.
“Iya, tadi gw udah telat soalnya. Jadi nggak bisa cari-cari info dari ruang guru.”
“Sudah, sudah, diam semuanya! Mika balik ke tempat dudukmu!” seru Inocchi-sensei sambil menunggu Mika kembali dari tempat duduknya, “Mari kita mulai, tapi sebelumnya saya perkenalkan dulu teman baru kalian.”
Sensei mempersilahkan masuk si anak baru itu. Datanglah seorang cowok yang berpostur tubuh tinggi, tegap, mukanya remaja banget tapi lebih ke anak-anak dikit. Namun, karena dia tinggi mungkin dari jauh terlihat dewasa. Di saat yang sama, banyak cewek-cewek yang nyorakin. Tapi di lain tempat, Mizuki malah memperhatikan cowok itu. Menatap matanya dengan berbinar.
“Hashimoto Ryosuke desu. Hasshi tomoshimasu. Yoroshiku!” kata Hasshi sambil menunduk sopan saat mengucapkan perkenalan.
“Yak, Hasshi ini pindahan dari Chiba. Pindah ke sini karena keinginan orang tuanya. Benar begitu bukan?”
“Hai.” jawab Hasshi singkat.
“Hasshi, tempat dudukmu ada di paling belakang. Mungkin nanti bisa berkenalan dengan teman-teman yang lainnya. Douzo, douzo.”
Hasshi mulai berjalan ke tempat duduk di belakang Mika. Mizuki yang berada di pojok sebelah bangku Mika selalu melihat Hasshi dari saat dia di depan sampai saat duduk di tempat yang disediakan.
Selasa, 28 Juli 2009
When We Lost Someone Important - chapter 2
Label:
angst,
fanfic,
human drama,
MIS SNOW MAN,
school life
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar